TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI
Sementara itu, kerajinan batik klaten jawa tengah, kini merambah ke kayu dan payung. Payung yang semula hanya untuk melindungi dari hujan, kini menjadi bagian dari seni batik.
Bahkan, payung batik tidak hanya diminati konsumen dalam negeri, tetapi hingga merambah ke pasar mancanegara.
Perajin batik terus berproses kreatif, untuk bisa mengembangkan usahanya. Salah satunya batik, yang tak hanya dibuat di atas kain, tapi juga menggunakan media kayu, keramik, kulit, dan bahkan payung. Hal itu terlihat di tempat usaha batik mitra pertamina, adhimas asih batik, di desa jarum, kecamatan bayat, kabupaten klaten, jawa tengah. Desa jarum dikenal sebagai desa wisata batik, berkategori maju, dan memiliki potensi batik tulis kain, batik kayu, jamu tradisional, hingga paket edukasi batik. Tak heran, keunggulan desa ini menarik wisatawan, untuk mengunjungi desa ini sekaligus, belajar membatik payung. Seperti yang dilakukan puluhan pemimpin redaksi dan kantor media, di jawa tengah dan daerah istimewa yogyakarta, berkunjung ke adhimas asih batik, yang dikelola suyanto, dalam acara nongkrong bareng pertamina sustainability series. Seluruh peserta turut membatik nama diri, nama media, atau gambar secara leluasa di payung, dibantu para perajin adhimas asiih batik. Hasil batik di tempat usaha ini bisa diterima pasar dalam negeri, bahkan luar negeri seperti jepang, korea selatan, dan amerika serikat. Hal ini karena, mereka selalu menjaga kualitas, dan memanfaatkan bahan baku di kampung ini. Misalnya kayu sisa mebel, diolah menjadi produk bernilai ekonomi yakni nampan, gelang, gelas, atau tempat tisu dengan hiasan batik.
Proses pembuatan payung batik, berbeda dengan kain atau kayu batik. Satu di antaranya adalah, bahan dasar untuk membatik pada media payung menggunakan cat warna, sedangkan pada media kain dan kayu menggunakan malam. Namun, untuk peralatan membatik sama-sama menggunakan canting.
Kreasi payung batik ini telah dilakukan sejak tahun 2020 lalu, dan dijual mulai dari 150 ribu hingga 450 ribu rupiah, tergantung bahan baku dan tingkat kesulitannya. Tercatat, lebih dari 50 motif batik telah dikreasikan para perajin payung batik, mulai dari mojo arum, motif klasik berupa kawung dan sekarjagad, hingga motif kontemporer. Selain membantu perekonomian masyarakat setempat, dengan omset per bulan 30 juta hingga 40 juta rupiah, produksi payung batik juga menjadi salah satu upaya, untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya indonesia.