Berawal Normalisasi Aliran, Bendung Lepen Menjadi Produktif

Berawal Normalisasi Aliran, Bendung Lepen Menjadi Produktif

TVRI YOGYAKARTA NEWSJATMIKO HADI

Selama puluhan tahun, Bendung Lepen hanya dikenal sebagai sungai irigasi yang kumuh dan kotor, serta bau. Namun kini, bendung lepen banyak didatangi orang dari berbgai penjuru, karena banyak memberi keuntungan besar, baik secara finansial dan kepopuleran di masyarakat luas.

Awalnya, Bendung Lepen hanya sebuah sungai irigasi kotor, bau, penuh sampah, dan dangkal, karena endapan lumpur di kampung mrican, giwangan, umbulharjo, kota yogyakarta. Akibatnya, bendung lepen tak ada yang melirik, apalagi ingin melewatinya. Dari keprihatihan tersebut, februari 2019, warga setempat berinisiatif untuk bergotong-royong membersihkannya, menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dipilihlah sungai irigasi itu, untuk budidaya ikan seperti nila, bawal, dan gurame. Namun siapa sangka, kejernihan air dan kesuksesan memelihara ribuan ikan di sungai irigasi tersebut, mengundang banyak orang untuk datang melihat guna rekreasi. Kabar ada wisata unik di Kota Yogyakarta ini, mulai menyebar dari mulut ke mulut, hingga semakin banyak orang datang dari berbagai daerah dan kota, karena penasaran. Di hari biasa, hampir 100 pengunjung datang untuk melihat ikan, dan memberi makan pelet seharga 2 ribu rupiah. Bahkan, pada musim libur lebaran 2024, mencapai 500 pengunjung per hari. Dengan banyaknya pengunjung, bendung lepen banyak dilakukan penataan, agar lebih cantik dan rapi, seperti renovasi taman. Warga setempat pun, juga merasakan kesejahteraan dengan membuka lapak-lapak makanan dan minuman. Tak hanya sebagai wisata, warga pun bisa menikmati panen raya nila, setiap empat bulan sekali. Nila-nila ini pun tidak dijual ke tengkulak, melainkan melalui pamflet dan banner, ditawarkan kepada masyarakat Yogyakarta. Dari tahun 2019, warga setempat sudah merasakan 8 kali panen raya. Untuk sekali panen, dari bibit ikan nila 8 kuintal, warga bisa memanen ikan hingga lebih dari 2 ton. Pandemi covid-19, sempat hanya pernah merasakan satu kali panen, karena adanya larangan berkerumun dari pemerintah.

Istimewanya, untuk masuk ke wisata ikan bendung lepen ini, tidak dipungut retribusi, hanya memasukkan uang seikhlasnya di sebuah kotak. Keuntungan lain, warga setempat selama ini tidak perlu memberi makan pelet ikan-ikan di bendung lepen, karena setiap hari sudah diberi makan pengunjung. Alhasil, pengelola warga mrican sebagai pengelola setiap harinya, hanya melakukan pembersihan di aliran bendung lepen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *