TVRI YOGYAKARTA NEWS – AGUNG NUGROHO DAN AGUNG HANGGRA
Untuk mengurangi masalah sampah, khususnya sampah organik, Pemerintah Kota Yogyakarta menggerakkan program pembuatan biopori untuk skala rumah tangga. Program ini dilaksanakan serentak di 14 kemantren dan memiliki nilai lebih karena ramah lingkungan serta dapat menanggulangi dampak bencana dan kerusakan lingkungan.
Setelah penutupan permanen TPST Piyungan, masalah sampah menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. Sampah yang dihasilkan masyarakat masih tertumpuk di sudut-sudut jalan dan belum tertangani dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah kota menggiatkan program pembuatan biopori skala rumah tangga sebagai solusi untuk mengurangi jumlah sampah organik.
Program biopori skala rumah tangga ini dilaksanakan serentak di 14 kemantren di Kota Yogyakarta, dimulai dengan pelatihan hingga ke tingkat RT/RW. Di RW Tujuh, Kalurahan Bener, Kemantren Tegalrejo, pelatihan pembuatan biopori dikoordinir oleh Pemerintah Kelurahan Bener bekerja sama dengan pengurus RW dan Bank Sampah Gumregah. Pengelola Bank Sampah Gumregah, JB Basuki, menyatakan bahwa sebanyak 52 peserta ikut dalam pelatihan yang diawali dengan paparan dan sosialisasi tentang program biopori.
Biopori sendiri cukup praktis dan menghasilkan produk berupa pupuk yang bisa dipanen pada waktu tertentu serta bermanfaat untuk kehidupan kita. Sementara itu, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kalurahan Bener, Reza Adipratama, menyebutkan bahwa dari pelatihan ini masing-masing peserta nantinya akan mendapatkan dua biopori yang harus dibuat di sekitar lingkungan rumahnya. Metode biopori ini juga diharapkan dapat ditularkan ke orang terdekat sehingga semakin banyak yang mengetahui manfaat biopori.
Reza menjelaskan bahwa metode alternatif ini dapat menyerap air hujan untuk masuk ke dalam tanah serta mengelola sampah organik di dalam lubang biopori, sehingga dapat menanggulangi dampak bencana maupun kerusakan lingkungan.