Planet Melankoli, Pameran Lukisan Yang Menawarkan Kesedihan

Planet Melankoli, Pameran Lukisan Yang Menawarkan Kesedihan

TVRI YOGYAKARTA NEWSPAULUS YESAYA JATI

Rasa Melankoli atau Kesedihan, menjadi hal lumrah dirasakan setiap Manusia. Inilah yang diangkat Para Seniman, dalam Pameran Lukisan Planet Melankoli. Bagi para perupa, munculnya Rasa Melankoli merupakan kecerdasan emosional, yang harus diekspresikan, Karena menyimpan kekuatan. Proses refleksi seperti itulah yang ingin disampaikan kepada Masyarakat. Planet melankoli, memamerkan sejumlah Lukisan yang mengekpresikan kesedihan. Semangat yang diusung, menyoroti berbagai Narasi dan ukuran Kebahagiaan, yang sering dipaksakan kepada Masyarakat, seperti Fabrikasi Buku Motivasi dan Visual, yang mempertontonkan Figur Riang,Tertawa, atau Sumringah di kehidupan sehari-hari. Padahal, perasaan Melankoli sesungguhnya menjadi kekuatan, Karena menciptakan ruang sepi reflektif, untuk akrab dengan emosi diri sendiri. Alhasil, jika telah terjadi perdamaian dalam diri sendiri, Melankoli akan mampu mengobati kekecewaan, dan lebih berani menatap ketidakpastian, di masa berikutnya. Pameran Melankoli merefleksikan kesedihan, dari sudut pandang para perupa. Mereka mengajak masyarakat, untuk berani merangkul kegelapan dalam dirinya sendiri dengan berani, sehingga harapannya akan mampu keluar dari pergulatan Lautan Kesedihan. Pameran ini juga sebagai ajang merayakan Kemanusiaan, karena kesedihan itu, hal lumrah. Kesedihan sesungguhnya menyiratkan makna di tengah ketidakpastian, serta kekacauan batin dan dunia yang semakin tidak pasti. Salah satu perupa, Theresia Agustina dengan karya Lukisannya rekonsiliasi sunyi menceritakan, perjalanan hidupnya sebagai Seniman. Di kala tertentu, ia tak menampik sering merasakan Melankoli, namun setelah berdamai dengan Melankoli, ia sering menemukan semangat baru, untuk melanjutkan kehidupannya sebagai seorang perupa. Dalam pameran Lukisan Planet Melakonli melibatkan sekitar 12 perupa dari berbagai Kota di Indonesia di galeri Langgeng Art, Suryodiningratan, Kota Yogyakarta, dan tidak memungut biaya dari pengunjung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *