TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMAD RIDWAN
Sebagian besar warga di Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, hingga saat ini, masih melestarikan tanaman salak pondoh. Menjadi salah satu sumber penghasilan, tanaman salak pondoh dirawat secara teratur sehingga berbuah sepanjang tahun.
Seperti inilah salah satu lokasi kebun salak milik salah seorang warga di Dusun Ledoknongko, Kalurahan Bangunkerto, Kapanewon Turi. Kabupaten Sleman. Ditanam sejak 15 tahun yang lalu oleh Nur Sigit, tanaman salak pondoh ini masih teratur berbuah. Rasanya yang manis menjadikan khas tersendiri buah asli Kabupaten Sleman ini. Agar berbuah rutin, Nur Sigit menyebut, kebersihan kebun salak harus tetap dijaga. Selain itu pemupukan pun juga dilakukan rutin berkala. Bagi Nur Sigit, penghasilan dari penjualan salak pondoh tak seperti dulu lagi. Saat ini harga salak pondoh hanya dikisaran 3 ribu hingga 4 ribu rupiah perkilogram. Kondisi itupun membuatnya harus esktra mengolah lahan kebun, salah satunya dengan intensifikasi lahan yakni memanfaatkan lahan pekarangan yang sama dengan menanam lebih dari satu tanaman, sehingga menghasilkan lebih dari satu komoditas pertanian. Nur Sigit memangkas lahan kebun dari sebelumnya seribu meter hanya untuk tanaman salak, namun saat ini juga dilakukan menanam tanaman cabai. Dengan demikian lahan tanaman salak pun menjadi berkurang lima ratusan meter persegi. Meski demikian keberadaan tanaman salak tetap dilestarikan sebagai salah satu sumber penghasilan, dengan cara wisata petik buah salak bagi pembeli yang datang.
Adapun tanaman cabai jenis merah keriting dipilih Nur Sigit karena nantinya bisa dipetik seminggu dua kali, sehingga hasil yang diperoleh bisa menambah penghasikan setiap minggunya. Memanfaatkan pelepah daun salak sebagai hasil dari kegiatan perempelan tanaman salak, pelepah tanaman salak dimanfaatkan sebagai lanjaran atau tajuk untuk memperkuat tanaman cabai agar tak mudah roboh saat diterpa angin maupun hujan.