Kebudayaan Harus Bisa Memberi Kesejahteraan Ke Masyarakat

Kebudayaan Harus Bisa Memberi Kesejahteraan Ke Masyarakat

TVRI YOGYAKARTA NEWS MARGOLARAS

Festival Godong Opo-opo menjadi Forum Komunikasi para pelaku Budaya untuk membahas permasalahan Budaya, salah satu tujuan yang ingin dicapai, Kebudayaan bisa memberi dampak Kesejahteraan kepada Masyarakat. Sejumlah Seniman pun telah melakukan Tugas Kebudayaannya sekaligus sebagai penyejahtera Masyarakat,diantaranya yakni  yani Saptohoedoyo dan Mbah Gito. Festival Godong Opo-opo menjadi saluran Komunikasi para pelaku Budaya di Kota Yogyakarta. Melalui dialog Budaya, kegiatan ini bertujuan  untuk saling berbagi pemikiran dan pengalaman guna menyelesaikan berbagai persoalan Budaya. Tema yang diangkat pada Tahun 2024, yakni pemajuan Kebudayaan untuk Kesejahteraan Masyarakat.Festival ini menghadirkan Dua Narasumber Pelaku Budaya,yani Saptohoedoyo selaku Budayawan Banyumasan sekaligus Istri Almarhum Pelukis terkenal Saptohoedoyo dan Mbah Gito, pemilik Warung Mi Jawa Legendaris Yogyakarta.  Yani Saptohoedoyo menceritakan kisah perjalanan sang Suami yang belajar ilmu melukis di berbagai Museum belahan Dunia. selain kemauannya yang tinggi, keistimewan gaya bicara sang Suami yang luwes membuatnya bisa diterima di kalangan mana saja. Setelah kembali ke Indonesia, Saptohoedoyo berkeinginan membagikan Ilmu untuk Menyejahterakan Masyarakat. Salah satunya, pengembangan Desa Wisata Kasongan yang saat ini terkenal sebagai Produsen Gerabah. Selain itu juga mencetuskan berdirinya pemakaman Seniman Giri Sapto di Imogiri.Yani menceritakan Latarbelakang ide tersebut ketika Saptohoedoyo melihat Makam Tentara Belanda di Ambarawa yang  banyak dikunjungi Warga Asing. Gayung bersambut, Sri Sultan Hamengku Buwono yang dimintai ijin langsung mempersilakannya karena Seniman memegang peranan penting. Menurut Sultan mengatakan kerajaan tanpa Seniman akan terasa kosong sehingga pemakaman seniman sebagai wujud penghormatan. Sementara itu mbah gito menjelaskan sejak lama ia telah menekuni bidang kebudayaan, salah satunya, kontribusinya untuk Arsitek Bangunan Tradisional Vernacular dan membuat Gamelan. Kemampuannya ini dapat terlihat pada Warung Bakmi jawanya di sasana Seni Mbah Gito, Gunungkidul. Dengan melibatkan masyarakat setempat, Tamu-tamu yang datang akan bisa menikmati Karawitan sembari menikmati Mi Jawanya, ia pun membagikan Resep berdagang ke para pelaku Budaya yang hadir. Ia pun bercerita dengan 6 Pekerja, dulu Warung Mi Jowonya sering hanya kedatangan 1 Pelanggan dalam setiap Malam, Baginya, Peristiwa seperti itu lumrah karena kalau mau untung banyak, ya mau rugi banyak. Dialog Budaya digelar di  Museum intro living Kotagede yang dikenal sebagai situs peninggalan orang kalang, harapannya, para peserta dapat menyasar sejumlah pengunjung Museum dan para pegiat komunitas Budaya sekaligus mempromosikan Museum khalayak luas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *