Ogoh-Ogoh Raksasa Meriahkan Kirab Suran Mbah Demang

Ogoh-Ogoh Raksasa Meriahkan Kirab Suran Mbah Demang

TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMAD RIDWAN

Datangnya Bulan Suro, disambut antusias penuh Suka Cita oleh Masyarakat yang tinggal di Kalurahan Banyuraden, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman. Secara rutin Pemerintah Kalurahan setempat, bersama Warganya menggelar Kirab Budaya suran Mbah Demang yang dimeriahkan dengan Ogoh-ogoh Raksasa serta sejumlah Pusaka Peninggalan Demang Cokrodikromo. Inilah suasana Kirab Suran Mbah Demang yang digelar Semalam, Sabtu Legi, 8 Suro 1446 Hijriyah. Jalannya Kirab yang terlihat meriah ini diikuti Ribuan Warga yang Tanggal di Delapan Padukuhan di Kalurahan Banyuraden, Meliputi Dowangan, Kaliabu, Dukuh, Somodaran, Sukunan, Kanoman, Banyumeneng Dan Modinan. Hadirnya Ogoh-ogoh Raksasa seperti Ogoh-ogoh Kebo Suro, Ogoh-ogoh Bercula Satu, Maupun Ogoh-ogoh Harimau Loreng Putih pun turut meramaikan jalannya Kirab disepanjang jalan Utama di Kalurahan Banyuraden hingga Jalan Godean menuju Sumur Petilasan Ki Demang Cokrodikromo. Adapun Atraksi Ogoh-ogoh yang diarak bersamaan dengan para Penari Putri dari kalangan Pemudi dan Ibu Umah Tangga inipun menambah keseruan Kirab Suran Mbah Demang yang digelar Malam Hari. Sesuai namanya, Kirab Budaya Masyarakat Kalurahan Banyuraden, Kapanewon Gamping ini digelar setiap Malam ke 8 Bulan Suro. Dipimpin langsung lurah dan Pemangku Adat serta dihadiri Bupati Sleman, jalannya prosesi Kirab diawali dari halaman Kalurahan Banyuraden menuju pendapa Ki Demang Tjokro Dikromo. Sejumlah pengiring dari Pasukan Bregodo, mulai dari Pasukan Berkuda maupun Bregodo Kasepuhan, Bregodo Pati, Bregodo Gunungan, Bregodo Kendil Ijo, Bregodo Mbiru, Dan Bregodo Modinan, Bregodo Banyumeneng maupun Bregodo Sumberan. Dikisahkan Kirab Budaya ini bermula dari satu cerita mengenang kedermawanan Demang Tjokro Dikromo yang diwujudkan dengan Nasi Tempel dan Kendi Ijo. Asrah adalah Nama Muda Tjokro Dikromo yang diangkat menjadi demang Oleh Mr Everwijn atau Kepala Pabrik Gula Demak Idjo pada Tahun 1906 – 1924 Silam. Suran Mbah Demang sendiri saat ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak benda oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016 lalu, dan digelar setiap Tahun Sejak 24 Tahun lalu kecuali saat Pademi Covid 19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *