TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Pemasaran masih menjadi salah satu kendala utama pengembangan produk oleh-oleh berupa olahan makanan lokal di sejumlah KTW yang ada di Kulonprogo.
Menyikapi hal itu Asosiasi Mulya Boga Nusantara Kulonprogo berharap, pemerintah dapat memfasilitasi, dengan menyediakan tempat promosi strategis, guna memasarkan produk mereka.
Sentra olahan pangan lokal ralifa, terletak di Dusun Pereng, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi salah satu contoh sukses kelompok wanita tani, yang mampu menciptakan produk oleh-oleh makanan khas Kulonprogo. Berdiri sejak tahun 2010 silam, kelompok ini aktif memproduksi berbagai macam olahan pangan, bernilai jual tinggi, dengan memanfaatkan umbi-umbian lokal, yang banyak terdapat di desa mereka. Umbi-umbian seperti singkong, garut, ubi ungu, ubi kuning, gembili, hingga gadung dan pisang, berhasil mereka sulap, menjadi produk olahan pangan modern, seperti cheese stick mocaf, keripik dan ceriping pisang, mi mokaf hingga tiwul instan. Memanfaatkan alat seadanya, kelompok yang dianggotai ibu-ibu rumah tangga ini, bahkan sudah mampu menjual produk mereka secara mandiri, hingga ke berbagai daerah, termasuk ke sejumlah toko oleh-oleh di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meski memiliki potensi cukup besar, tapi produk oleh-oleh hasil produksi mereka, belum mampu terpromosikan secara maksimal. Hal itu salah satunya disebabkan, tidak adanya tempat promosi strategis, yang dapat memasarkan produk mereka, kepada wisatawan yang berkunjung ke Kulonprogo.
Selama ini anggota asosiasi mulya boga nusantara Kulonprogo sendiri, telah berupaya memasukkan produk mereka, ke sejumlah mini market, hingga gerai UMKM Bandara Internasional Yogyakarta. Namun karena dikenai biaya terlalu tinggi, akhirnya produk mereka pun menjadi tidak laku. Para pelaku UMKM ini hanya berharap, pemerintah dapat membantu secara optimal, sehingga produk mereka dapat lebih dikenal sebagai oleh-oleh khas Kulonprogo.