TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Seiring menjamurnya obyek wisata di lereng Gunung Merapi, para relawan, mendorong pelaku wisata untuk membekali kesiapsiagaan warga khususnya pengelola wisata dengan mitigasi bencana.
Hal itu penting dilakukan guna meminimalisir dampak terjadinya bencana, terkait aktivitas Gunung Merapi.
Salah seorang relawan yang tergabung dalam Saluran Komunikasi Sosial Bersama, SKSB, menyambut baik rencana kontijengsi kabupaten yang digelar beberapa waktu lalu di Kapanewon Pakem. Relawan berharap, rencana kontijengsi itu bisa dilaksanakan ketika erupsi gunung merapi betul-betul terjadi. Salah seorang relawan Saluran Komunikasi Sosial Bersama, SKSB, Kapanewon Cangkringan, Supriyono menilai berkembangnya destinasi wisata di lereng gunung merapi dibagian sisi selatan, tengah, barat maupun timur dinilai berdampak positif. Namun demikian, dengan semakin banyaknya destinasi itu maka semakin banyak pengunjung yang datang. Kerentanan atau kerawanan pun akan semakin tinggi. Karenanya, kewaspadaan kesiapsiagaan warga dan pengelola wisata harus ditingkatkan. Baik warga maupun wisatawan harus terlindungi, sehingga diperlukan standar operasional prosedur. Para kru jeep wisata merapi maupun pelaku wisata lain harus betul-betul mengerti karakteristik Gunung Merapi dan mempunyai pengetahuan mitigasi tentang Merapi, mulai dari penanganan wisatawan dan alur penyelamatan, juga pentingnya selalu berkomunikasi dengan BPPTKG DIY.
Berbeda dengan kondisi gunung merapi di tahun 2010, saat ini siklus dua atau empat tahunan erupsi merapi sudah tidak menjadi panduan. Yang terpinting saat ini para relawan harus siap dan koordinasi dengan pihak BPPTKG DIY. Saat ini dua kubah lava di area puncak gunung mereapi, sisi barat dan tengah, dimana hampir setiap hari terjadi erupsi di cerobong sisi barat, meski demikian hal ini dinilai tidak begitu membahayakan. Hal ini akan berbeda jika erupsi terjadi disektor selatan.