TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Aneka jenis kesenian saat ini masih dielstarikan masyarakat di Lereng Gunung Merapi, Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari sekian banyak kesenian itu, salah satunya adalah kesenian cokekan.
Di lereng gunung merapi, kesenian cokekan dipentaskan untuk kesekian kalinya, oleh Pemerintah Kalurahan Kepuharjo. Ditampilkan dalam sebuah panggung hiburan, kehadiran kesenian cokekan kali ini, turut menghibur warga sekitar, dalam tradisi dandan kali atau becekan kali, yang digelar di aliran Sungai Gendol Dusun Manggong, Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penampilannya, seni cokekan berupa gending-gending jawa atau menyerupai dengan uyon-uyon. Gamelan yang dimainkan pun tidak lengkap, hanya terdiri dari gambang, gong, gender, slentem, siter, dan rebab. Sedangkan tiupan seruling, melengkapi instrumen cokekan, yang kali ini ditampilkan, grup sedyo laras dari kalurahan kepuharjo. Cokekan merupakan kesenian tradisional dari jawa, yang merupakan warisan budaya tak benda. Seni cokekan, banyak dijumpai dan didengar sebagai kesenian tradisiona,l yang banyak dibawakan pengamen kala itu. Seiring perkembangan jaman, cokekan saat ini masih tetap dilestarikan, sebagian kalangan masyarakat, di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, untuk menghibur masyarakat dalam upacara tradisional.
Kesenian cokekan tak hanya sebatas menghibur, tetapi juga memiliki nilai edukasi. Tembang-tembang jawa yang dibawakan dalam kesenian cokekan, diselipkan pesan moral yang luhur, mulai dari budi pekerti, hingga gotong-royong, agar menjadi orang baik, dan hidup rukun dengan tetangga. Seni cokekan, menjadi sarana, untuk mempererat tali persaudaraan antar warga.