Tunggu Hujan, Petani Mulai Tebar Benih Padi

Tunggu Hujan, Petani Mulai Tebar Benih Padi

TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI

Menunggu datangnya hujan, petani lahan kering di Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memulai aktifitas tebar benih padi.

Aktifitas tebar benih sebelum hujan lazim disebut ngawu-awu, dan hingga kini masih banyak dilakukan petani lahan tadah hujan gunungkidul.

Padi menjadi salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan di lahan tadah hujan gunungkidul. Meski hujan belum turun, banyak petani sudah mulai melakukan tebar benih di lahan yang sudah disiapkan. Kegiatan tebar benih lebih awal ini biasa disebut ngawu-awu, atau beberapa petani lain juga mengistilahkan dengan ngudik. Rohman salah satu petani penggarap lahan  di padukuhan namberan, paliyan, juga mulai menebar benih padi. Benih padi di sebar merata di seluruh lahan, dengan jarak tanam tertentu. Benih ditebar di lahan kering yang sebelumnya sudah dipupuk dasar kohe ternak. Tiap lubang tanam ditabur sebanyak tiga atau empat butir benih padi. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi, apabila semua benih tidak bisa tumbuh sempurna. Benih yang sudah ditebar merata kemudian diurug tanah, sehingga bisa tertanam dan tertimbun sempurna. Usai tebar benih atau ngawu-awu, praktis petani hanya bisa menunggu hujan tiba. Turunya hujan akan menumbuhkan benih padi yang sudah ditebar merata. Benih padi yang ditebar pada lahan kering memiliki daya tahan cukup lama dan tidak mudah rusak. Rohman menambahkan, dirinya dan petani lain hanya  bisa berharap, hujan lebat bisa segera turun, untuk menumbuhkan benih di lahanya. Curah hujan tahun ini diharapkan bisa lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Curah hujan yang kurang dan tidak menentu seperti tahun lalu, akan beresiko menggagalkan tebar benih yang sudah dilakukan. Hingga saat ini ngawu-awu atau ngudik masih banyak dilakukan petani lahan tadah hujan di Gunungkidul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *