TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Sementara itu, panen raya melinjo yang terjadi di hampir seluruh wilayah di Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat stok melinjo di pasaran saat ini melimpah.
Usai dipetik, petani langsung menjual melinjo ke beberapa pasar tradisional, yang tersebar di beberapa tempat.
Selain tanaman palawija, melinjo menjadi komoditi pertanian, yang memberi hasil dan pemasukan, bagi warga dan petani di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Kapanewon Saptosari, stok melinjo saat ini melimpah, bahkan di beberapa pasar, beberapa pengepul palawija membeli melinjo hasil panen para petani. Di Pasar Tradisional Ngloro ini misalnya, saat tiba hari pasaran, melinjo menjadi barang yang paling banyak dijual warga. Bulan oktober menjadi masa panen raya melinjo, dengan hasil cukup melimpah, di wilayah saptosari dan sekitarnya. Dalam sehari, setidaknya para pengepul polowijo, bisa membeli hingga dua ton melinjo segar hasil panen petani. Mereka menjual melinjo masih dalam kondisi segar sehabis di panen. Kondisi melinjo segar ditandai dengan kulit bagian luar yang masih segar dan berwarana cerah. Melinjo dari pengepul akan kembali dilempar ke beberapa wilayah, baik di Yogyakarta maupun Jawa Tengah. Melimpahnya panen saat ini, membuat harga jual melinjo turun, per kilogram melinjo dihargai 5000 rupiah. Saat stok terbatas, harga jual bisa mencapai belasan ribu rupiah per kilogram.
“Harganya turun, karena panennya banyak, harganya 5000 rupiah, kondisinya bagus sedang melimpah, rata-rata di wilayah sini memiliki melinjo” ujar Endri salah seorang pengepul melinjo.
Di tengah periode pertanian yang banyak terhenti, akibat kemarau panjang, melinjo menjadi salah satu sumber pendapatan yang bisa diperoleh warga dan petani. Di Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melinjo menjadi tanaman yang hampir dimiiliki tiap warga. Melinjo banyak ditanam di lahan pekarangan, maupun sebagai tanaman tepi di lahan ladang.