TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Sambut hari santri, sejumlah pondok pesantren di Kota Yogyakarta mencanangkan, gerakan santri kota peduli sampah, mampu dan terlatih atau kopiah putih.
Harapannya, di masa mendatang terbentuk generasi muda, khususnya santri peduli lingkungan.
Menyambut hari santri 22 Oktober, 6 pondok pesantren di Kota Yogyakarta, menginisiasi gerakan santri kota peduli sampah, mampu dan terlatih, atau kopiah putih. Penyerahan kopiah putih dari Penjabat Walikota Yogyakarta Sugeng Purwanto, kepada perwakilan para santri, menandai dimulainya gerakan kopiah putih di pondok pesantren. Sebagai langkah awal, gerakan ini dimulai dengan membiasakan, menjaga kebersihan lingkungan pondok pesantren, mulai dari membersihkan rumput di halaman, ruang kelas, ruang pertemuan, hingga masjid. Santri juga diajak membersihkan sarana dan prasarana beribadah, seperti sajadah. Dengan terbiasa menjaga lingkungan pondok pesantren, para santri juga akan diajak untuk, peduli dengan lingkungan sekitar, sehingga turut merespon persoalan sampah di Kota Yogyakarta. Di lingkungan pondok pesantren, para santri juga dibiasakan untuk bertanggungjawab mengolah sampah secara mandiri, dari tingkat paling bawah, seperti memilah antara organik dan an-organik. Harapannya, pondok pesantren ikut berkontribusi mengurangi volume sampah di Kota Yogyakarta. Di kota yogyakarta saat ini tercatat, sekitar tujuh ribu 400 santri, tersebar di 36 pondok pesantren, sehingga menjadi kekuatan besar, untuk pengolahan dan mengurangi volume sampah. Gerakan reresik pondok pesantren ini, juga mendapat dukungan dari para relawan, seperti dari Satpol PP Kota Yogyakarta dan BAZNAS. Gerakan kopiah putih ini, bisa menjadi tradisi di pondok pesantren, karena membawa kebaikan dan manfaat kepada masyarakat. Keberhasilan pengolahan sampah tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tapi memerlukan dukungan dan kontribusi dari masyarakat.
“Pondok-pondok pesantren di Kota Yogyakarta menginisasi untuk meningkatkan kepedulian terkait permasalahan utama yang terjadi di Kota Yogyakarta yaitu sampah. Tentunya sangat relevan, sangat sesuai karena kebersihan sebagian dari iman, kebersihan salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Yogyakarta, ini kan satu elaborasi yang sangat luar biasa” ujar Pj Walikota Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto.
Terkait pengolahan sampah organik, Pemerintah Kota Yogyakarta telah memberi bantuan sejumlah biopori jumbo, untuk pondok pesantren, misalnya di Pondok Pesantren Nurul Ummah, di kawasan Kotagede. Selain sebagai penghasil pupuk kompos, biopori menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan sampah para santri di level pondok pesantren.