Hari Akuntasi Internasional Dengan Pelestarian Budaya

Hari Akuntasi Internasional Dengan Pelestarian Budaya

TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI

Peringatan Hari Akuntansi Internasional, di Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta, dirayakan dengan gelaran kompetisi akademik dan non-akademik.

Kompetisi ini bertujuan agar tak hanya cerdas dalam bidang akademik, tapi juga pintar dalam perkembangan emosional dan sosial melalui permainan tradisional.

Ada yang menarik dari Peringatan Hari Akuntansi Internasional ketujuh Tahun 2024, di Program Studi Akuntasi, Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta. Tak hanya menggelar kompetisi di bidang akademik, khususnya akuntansi dan perpajakan, tapi juga menggelar kompetisi non-akademik, yaitu perlombaan tradisional. Perpaduan kompetisi akademik dan non-akademik ini didasarkan pada, prinsip Ki Hadjar Dewantara, terkait penyiapan generasi unggul berkarakter, melalui harmoni budaya, dengan penerapan tri kon, kontinuitas, konvergensi, dan konsentrisitas. Untuk olimpiade akuntansi, diikuti 10 tim finalis jenjang sekolah menengah, dari berbagai kota di Indonesia. Sedangkan audit and tax chalengge, diikuti 42 tim universitas dengan 3 tim berasal dari Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Ratusan peserta ini, juga diikutkan untuk mengikuti lomba tradisional seperti gobak sodor, lomba bakiak, lomba tari, fashion show, dan tarik tambang. Lomba tradisional digelar, untuk mengingatkan kembali kepada kalangan muda, tentang ragam permainan lokal asli milik indonesia, dan mengenalkannya secara langsung, kepada tamu dan mahasiswa asing. Para akuntan saat ini, perlu mengadopsi perkembangan teknologi kecerdasan buatan, untuk meningkatkan profesionalitas. Hal ini karena, teknologi kecerdasan buatan, mampu membantu para akuntan, untuk menciptakan inovasi berkualitas di masa mendatang. Profesi akuntan pun diyakini, tidak tergeser dengan teknologi kecerdasan buatan, karena akuntasi menuntut keterampilan sang akuntan, dengan hasil akhir pekerjaannya, mengeluarkan keputusan berupa kebijakan.

“Isu terbaru pergeseran paradigma akuntansi akan tergantikan oleh mesin, sehingga kami di prodi akuntansi membuktikan bahwa akuntansi akan selalu ada, seiring pertumbuhan teknologi, perkembangan teknologi yang sangat pesat, akuntansi akan justru akan bisa bersinergi, sehingga kedepannya akuntan akan lebih berkualitas. Perkembangan teknologi saat ini sudah marak dengan adanya AI, dan itu sangat sejalan di ilmu kami di prodi akuntansi, karena di bidang pekerjaan kami itu sangat terbantu dengan adanya AI jadi memudahkan pekerjaan dari profesi akuntan” ujar Kepala Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi UST, Sri Ayem.

Perwakilan sejumlah akademisi luar negeri dari fakultas ekonomi negara-negara asean seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina, berbagi ilmu kepada para peserta, dan berdiskusi tentang pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan, khususnya akuntansi di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *