TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Sejumlah ibu-ibu peternak kambing di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengikuti lomba ngarit atau mencari rumput, dalam ajang ramban festival 2024.
Mengenakan perlengkapan mengarit mulai dari sepatu, topi, hingga selendang untuk membawa rumput, mereka beradu cepat untuk menjadi juara.
Lomba mengarit digelar, untuk memeriahkan ramban festival 2024, bertempat di Desa Wisata Purwosari, Girimulyo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejumlah ibu-ibu saling beradu cepat, untuk mendapatkan rumput pakan hijauan ternak, di lahan berupa lereng bukit, yang telah ditentukan panitia. Mereka mengenakan perlengkapan yang biasa dipakai saat mengarit, mulai dari sepatu, celana, baju lengan panjang, topi, hingga selendang, untuk menali dan membawa rumput. Dalam waktu tiga menit, para peserta yang merupakan para peternak kambing maupun domba ini, dengan cepat sudah berhasil mendapatkan rumput dalam jumlah banyak. Selain ditimbang untuk dihitung bobot perolehan masing-masing, penentuan pemenang dalam lomba ini, juga ditentukan kualitas, serta jenis rumput yang telah didapatkan peserta. Selain sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, lomba mengarit ini, juga digelar untuk memberikan apresiasi, sekaligus meningkatkan semangat peternak tradisional, di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan semacam ini diharapkan mampu membuat para peternak, dapat mengembangkan dan memajukan usaha budidayanyanya.
“Hadiahnya uang tunai, juara 1 senilai 3 juta rupiah, penilaianya dilihat dari ketepatan, jenis rumput, cara merumputnya, dengan durasi 3 menit, membawa sabit sendiri, perlengkapan arit seperti sepatu boot, dan menggunakan celana klombor yang biasanya khas yang dipakai peternak kambing” ujar Ketua Desa Wisata Purwosari, Kiswantoro.
Ramban festival 2024 digelar, untuk mengangkat potensi di sektor peternakan, di Desa Wisata Purwosari, Girimulyo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini terletak di Perbukitan Menoreh, dan dikenal sebagai daerah penghasil kambing ras peranakan etawa. Bahkan, mayoritas warga di desa ini, bekerja sebagai peternak kambing maupun domba, baik itu sebagai pekerjaan sampingan, maupun mata pencaharian utama.