TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Lamanya waktu penjemuran di musim hujan, masih menjadi kendala utama pelaku usaha pembuatan produk jamu, di Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penggunaan alat yang masih tradisional, dengan mengandalkan bantuan sinar matahari, membuat proses produksi jamu, membutuhkan waktu lebih lama dibanding biasanya.
Produsen jamu, di Cerme, Panjatan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkenda di musim hujan saat ini, saat memproduksi berbagai macam produk olahan jamu herbal. Proses produksi jamu masih dilakukan secara tradisional, dan membuat penjemuran bahan baku masih mengandalkan bantuan sinar matahari. Namun akibat minimnya sinar matahari di musim hujan, proses penjemuran menjadi lebih lama dibanding biasanya. Mengantisipasi hal itu produsen jamu menyetok bahan baku, dalam jumlah lebih banyak. Hal ini diperlukan agar, saat musim hujan proses produksi dapat berjalan normal.
“Kalau musim hujan ini kendalanya kurangnya sinar matahari yang dapat menyebabkan tidak kering secara maksimal, kalau penjemuran dengan sinar matahari yang maksimal hanya 8 jam, kalau musim hujan seperti ini bisa 12 jam” ujar Lilik Purtiyati, salah seorang produsen jamu instant.
Produsen jamu, di Cerme, Panjatan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, rutin menghasilkan berbagai macam jenis produk olahan herbal. Total sudah ada 16 jenis produk olahan yang dihasilkan, mulai dari simplisia, jamu instan cair, serbuk jamu kristal, hingga massage oil. Jamu herbal inidijual secara luring di sejumlah toko oleh-oleh, beberapa gerai di Kulonprogo, hingga dijual secara daring ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Pulau Jawa, Sumatra, bahkan Papua. Meski masih diproduksi dengan cara tradisional dengan kapasitas skala rumah tangga, namun jamu herbal tradisional ini, tetap bisa bersaing dengan produk herbal serupa, buatan pabrik.