TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Sebagai bentuk penguatan pendidikan inklusif di bidang teknologi, Universitas Ahmad Dahlan menjadi tuan rumah ajang kompetisi komputasi, inclusive hackathon 2024 bagi kaum difabel.
Ajang perlombaan ini diharapkan akan mendorong berbagai inovasi teknologi dari kaum disabilitas, sekaligus mampu membuka lapangan pekerjaan bagi mereka.
Belasan siswa-siswi tunarungu dari sejumlah SLB di Kabupaten Sleman dan Bantul mengikuti ajang perlombaan komputasi inclusive hackathon 2024 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Perlombaan ini diadakan pusat studi astronomi, UAD sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat, khususnya menyasar penyandang disablilitas.
Para siswa-siswi tunarungu akan berusaha untuk menyelesaikan tantangan berupa pemecahan troubleshooting dengan menggunakan perangkat lunak scratch. Kegiatan perlombaan ini menjadi puncak dari lokakarya yang digelar selama 7 kali pertemuan selama tujuh minggu yang bertajuk animation workshop utilizing scratch software programming for deaf student on the topic of disaster. Program yang didukung usaid ini dirancang untuk memberikan bekal dasar pemrograman kepada siswa tunarungu, sekaligus integrasi antara pemrograman, sains, dan teknologi secara kontekstual. Dalam event ini, siswa-siswi tunarungu diajak untuk mengangkat tema bencana di sekitar Yogyakarta, yaitu erupsi Gunung Merapi dan gempa bumi Bantul. Tujuannya, di masa yang akan datang, mereka dapat menghasilkan aplikasi kreatif untuk membantu masyarakat dalam mitigasi atau penanganan bencana.
Inclusive hackathon membuka akses yang luas bagi disabilitas khususnya siswa tunarungu untuk pengembangan keterampilan di bidang stem, yaitu science, technology, engineering and mathematics. Meski tidak semua disablilitas menjadi target untuk bisa bekerja di dunia digital bidang stem sekarang ini, tapi langkah memperjuangkan dan mewujudkannya harus dimulai dari sekarang ini. Program ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk memperkenalkan pengajaran coding di sekolah. Jika sudah mahir, nantinya diharapkan akan menjadi bekal untuk dapat membuka lapangan kerja bagi para penyandang disabilitas di bidang teknologi yang memberikan inspirasi bagi siswa tunarungu lain untuk terus mengembangkan diri dan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya di bidang komputasi dan edukasi bencana.
“Penggunaan scratch itu merupakan programming atau software untuk belajar pemrograman, karena bentuk-bentuknya yang sangat mudah dipahami, dan warna kode tertentu namun sudah mencakup semua dasar-dasar berpikir komputasi yang nantinya sangat berperan penting dalam keahlian pemrograman atau coding. Ini mudah dipelajari, karena ini open source, jadi tidak berbayar, tidak perlu di install karena ini berbasis website, banyak buku panduan yang dapat untuk pendamping dalam belajar hal tersebut” ujar Kepala Pusat Studi Astronomi UAD dan Project Awardee, Yudhiakto Pramudya.
Perlombaan inclusive hackathon 2024 ini ingin menunjukkan bahwa penyandang disabilitas, khususnya siswa-siswi tunarungu juga memiliki potensi besar dalam bidang pemrograman dan inovasi teknologi. Lebih jauh lagi, mereka akan dapat berkontribusi secara nyata dalam pengembangan media edukasi, khususnya mitigasi bencana.