TVRI YOGYAKARTA NEWS – FAHRIZALDY-AJENG PUTRI
Masih tingginya privalensi angka stanting di Indonesia sebesar 21,5% di tahun 2023 serta dalam upaya pencehgahan dan percepatan penurunan stunting menjadi alasan perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta dalam membuat program gerakan orang tua asuh cegah stunting atau genting.
Genting merupakan gerakan gotong royong masyarakat untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, kuat dan tidak stunting.
Masih tingginya privalensi angka stanting di indonesia sebesar 21,5% di tahun 2023 serta dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting menjadi alasan perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta membuat program gerakan orang tua asuh cegah stunting atau genting. Genting merupakan gerakan gotong royong masyarakat untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, kuat dan tidak stunting. Sasaran program ini meliputi orang tua asuh yang terdiri dari BUMN, BUMD, Swasta, individu atau perorangan, LSM atau komunitas, Perguruan Tinggi, akademisi dan media, serta penerima genting yang terdiiri dari ibu hamil, ibu yang memiliki anak di bawah 2 tahun, baduta, atau menyusui, dari keluarga beresiko stunting miskin. Terdapat 4 bentuk bantuan dalam pelaksanaan genting. Diantaranya nutrisi dengan pemberian makanan lengkap siap santap dengan minimal standar 15 ribu rupiah perhari, untuk anak dalam periode 1000 hari pertama. Non nutrisi meliputi bantuan dalam bentuk perbaikan jamban, MCK dan rumah layak huni. Akses air bersih yang diwujudkan dengan pejngolahan air bersih, pengeboran sumur, atau teknologi untuk mengubah air tidak layak konsumsi menjadi layak konsumsi, serta edukasi pencegahan untuk remaja dan calon pengantin dan edukasi penanganan untuk ibu hamil, pengasuhan, dan peningkatan kapasitas ekonomi. Dalam sambutan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diwakili oleh Kepala BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Sekertaris TPPS, Mohamad Iqbal Apriansyah menyampaikan masalah stunting merupakan masalah seirus, tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga berimplikasi pada kemampuan belajar.
“Itu tidak berdampak pada fisik anak saja, namun juga mempengaruhi perkembangan otak mereka, itu berdampak pada kemampuan belajar dan produktifitas di masa mendatang, oleh karena itu pencegahan stunting bukan hanya soal kesehatan tetapi implementasi strategis untuk generasi bangsa kedepan, dalam konteks ini gerakan program gerakan orang tua asuh cegah stunting atau genting hadir sebagai sebuah bukti langkah nyata seluruh elemen masyarakat termasuk keluarga, komunitas, swasta dan pemerintah” ujar Kepala BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Sekertaris TPPS, Mohamad Iqbal Apriansyah.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan akad dan penyerahan bantuan KRS secara simbolis.