TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Sebagai gaya hidup, olahraga lari dan fotografi kini seolah menjadi satu tak terpisahkan. Hal tersebut diyakini para pelaku penyedia jasa fotografer di kawasan Tugu Pal Putih dan Malioboro.
Untuk masyarakat, khususnya wisatawan, tangkapan foto ketika mereka berlari sering menjadi kenangan indah tersendiri ketika dibawa pulang. Alhasil, jasa penyedia foto saat lari ini menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Tak akan pernah habis untuk menemukan keistimewaan dari kawasan wisata ikonik Yogyakarta, Tugu Pal Putih dan Malioboro. Selain menawarkan suasana lawas masa lalu yang sarat nilai sejarah, kedua landmark Kota Yogyakarta tersebut kini menjadi spot atau lokasi favorit banyak orang untuk menjadi latar estetik mengabadikan momen penting tertentu. Salah satunya, menangkap momen masyarakat atau wisatawan saat berolahraga atau usai berolahraga seperti lari. Pelaku jasa fotografer pelari, Atung Endy mengatakan tren permintaan foto dari para pelari masih tergolong baru. Ia bersama kawan-kawannya baru memulainya bulan Juni 2024 lalu seiring banyaknya event lari yang digelar di Yogyakarta, baik skala Nasional atau Internasional. Jika tidak ada permintaan khusus, ia setiap hari biasa melakoni profesinya tersebut dari pukul 6 hingga 8 pagi dengan berdiri di titik strategis kawasan Tugu Pal Putih dan Malioboro untuk menawarkan jasanya. Biasanya para pelari yang mau difoto akan meberikan kode dengan tersenyum dan melakukan pose, tapi jika tidak berkenan, akan melambaikan tangan. Konsumennya pun tidak melulu dari para peserta event lari, banyak pula dari wisatawan luar kota yang memang sering menghabiskan waktu pagi untuk berolaharga di kawasan sumbu filosofi. Untuk biaya, ia menyebut 30 ribu untuk setiap foto, tapi ongkos akan berbeda jika menentukan sendiri lokasinya. Kepada kliennnya, ia pun sering memberikan tips untuk menghasilkan foto yang bagus dengan cara dipotret secara diam-diam atau candid. Untuk momen paling cuan, tak dipungkiri ketika ada event lari karena fotonya bisa terjual hingga 30 sampai 40 lembar, sedangkan hari baisanya hanya dikisaran 10 foto.
“Saya baru mulai dari Bulan Juni, jadi 1 semester, tapi kalau saya motret hunting di Tugu sudah dari tahun 80-an, untuk sekedar eksibisi dari club seni foto, kalau minta di edit saya edit, biasanya customer meminta sesuai harapannya selama saya mampu saya bakal menegrjakan, tapi kalau tidak bisa saya kerjakan, saya jujur aja mengatakan tidak bisa mengerjakan” ujar Pelaku jasa fotografer pelari, Atung Endy.
Harapan dari penyedia jasa foto lari di Tahun 2025, Yogyakarta akan lebih banyak mengadakan event-event olahraga seperti lari sehingga akan mengundang lebih banyak wisatawan, baik nusantara atau internasional untuk datang.