TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Meski hingga kini masih terjadi curah hujan cukup tinggi, beberapa petani lahan sayuran di Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, mulai mempersiapkan lahan untuk persiapan tanam bawang merah.
Oleh petani, lahan akan segera ditanami, sambil berharap harga bawang masih stabil tinggi hingga tiba masa panen.
Sebagian kecil petani lahan sayuran di Padukuhan Blimbing, Wonosari, bersiap menanam bawang merah. Lahan disiapkan dengan pembuatan bedengan atau gulan baru untuk media tanam bawang merah. Tidak seperti pembuatan bedengan saat kemarau, kali bedengan dibuat dengan ukuran lebih tinggi. Drainase atau saluran antar bedengan juga dibuat lebih lebar dan dalam untuk antisipasi terjadi genangan air. Menanam bawang merah saat curah hujan tinggi, diakui petani sangat beresiko. Wasono salah seorang petani menuturkan, menanam bawang merah dilakukan untuk mengejar harga tinggi bawang merah yang hingga saat ini masih terjadi di pasaran. Harga jual bawang merah di tataran petani sedang membaik, berkisar di harga jual 18 hingga 25 ribu rupiah, tergantung ukuran dan kualitas. Bawang merah akan segera di tanam di lahan ini. Penyiapan lahan juga dilakukan dengan penebaran pupuk kandang di seluruh bedengan yang telah dibuat sebelumnnya. Pemeliharaan bawang merah di tengah masih berlangsungnya musim hujan harus disertai perawatan dengan biaya yang jauh lebih besar. Wasonoi berharap, nantinya hasil panen bisa bertepatan dengan datangnya momen ramadhan hingga jelang lebaran. Saat itulah biasanya harga akan masih bertahan tinggi, dan bisa memberikan untung lebih.
“Hanya mengantisipasinya dengan memberikan obat, kalau hujannya siang aman, kalau hujannya malam itu banyak penyakitnya, masalahnya obatnya ini rutin kalau musim hujan, biasanya obat untuk mengatasi jamur” ujar Wasono, salah seorang petani bawang merah.
Tanaman bawang merah rawan rusak saat banyak terguyur air hujan. Antisipasi dengan penyemprotan anti jamur harus lebih rutin dilakukan, untuk mencegah kerusakan busuk batang dan buah.