TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Akibat lahan terserang hama penyakit, banyak petani cabai di Kapanewon Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami penurunan drastis jumlah panen.
Hama seperti layu batang dan buah, serta penyakit lainya, marak menyerang tanaman yang sebenarnya sudah berada di periode masa panen.
Hasil panen tanaman cabai lalap hijau di Kapanewon Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, jauh dari harapan petani. Akibat curah hujan tinggi, lahan cabai banyak terserang hama, dan menyebabkan hasil panen turun hampir separo jika dibandingkan kondisi normal. Parsinem salah seorang petani di Kalurahan Giritirto mengaku, panen yang didapat pada petik ketiga kali ini masih jauh dari kondisi ideal. Dari hampir empat ribu batang cabai jenis lalap hijau yang ditanam, hanya mendapat hasil 34 kilogram sekali petik. Jumlah ini jauh dari kondisi normal, yang diakui bisa mencapai delapan puluhan kilogram. Panenan turun drastis akibat hampir sebagian besar lahan terjangkit hama dan penyakit cabai. Hama seperti layu batang, rontok buah dan daun cukup sulit dikendalikan petani. Serangan hama yang diperkirakan akibat jamur ini menyebabakan banyak buah cabai rontok dan membusuk sebelum tiba masa petik. Tidak hanya itu saja, banyak tanaman cabai juga terjangkit hama gemini atau virus kuning yang menyebabkan berkurangnya jumlah buah cabai. Berbagai upaya pengendalian hama sudah dilakukan, namun diakui petani belum begitu memberi dampak maksimal. Beruntung, harga jual cabai di tingkat petani di Purwosari saat ini sedang melambung tinggi, sehingga bisa menutup kerugian dan modal yang banyak dikeluarkan untuk pembelian benih dan obat. Per kilogram cabai lalap dihargai 60 ribu rupiah oleh para tengkulak.
“Ini sedang mengembalikan modal beli benih dan obat, sampai saat ini saya belum mendapatkan untung sama sekali, rencana kalau tidak berbuah, mau saya ganti ke brambang, harganya lumayan bagus sampai 60 ribu” ujar Parsinem, salah seorang petani cabai.
Petani berharap, cuaca bisa makin membaik, sehingga kerusakan tanaman tidak makin parah. Meski begitu, petani mengaku tidak akan memaksakan untuk terus mempertahankan tanaman cabai miliknya. Jika berbagai upaya pemupukan dan pemberantasan hama tidak berhasil, lahan akan segera diganti tanaman lain.