TVRI YOGYAKARTA NEWS – MARGOLARAS
Mengayubagya hajad dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun 2025, digelar upacara adat labuhan di Pantai Parangkusumo Bantul yang dimaknai sebagai bentuk keikhlasan Raja Keraton Ngayogyakarta kepada para kawulanya, syukur kepada tuhan yang maha kuasa, doa untuk kebaikan dan keselamatan Keraton Ngayogyakarta serta warga masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tradisi budaya labuhan Keraton Ngayogyakarta juga menjadi atraksi wisata budaya yang banyak diminati dan disaksikan ribuan wisatawan, baik wisatawan lokal hingga mancanegara.
Upacara adat tradisi labuhan Keraton Ngayogyakarta hadiningrat dalam rangka mangayubagya hajad dalem labuhan Keraton Ngayogyakarta tahun 2025, dilaksanakan pada 30 Januari 2025 di Pantai Parangkusumo Bantul didukung oleh Dinas Kebudayaan Kundo Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan pengunjung antusiasis menyaksikan rangkaian upacara adat labuhan keraton ini, sejak mulai dari kedatangan rombongan utusan Keraton Ngayogyakarta menuju Pendopo Cepuri Parangkusumo. Ritual dimulai dari pasrah panampi atau penyerahan sesaji dari parentah ageng Keraton Ngayogyakarta kepada Kepala Pemerintah Kabupaten Bantul, dilanjutkan dengan ritual diwilang atau pemeriksaan uba rampe oleh juru kunci Parangkusumo. Ubo rampe yang dimaksud diantaranya berisi lorodan ageman atau pakaian bekas pakai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X, potongan kuku dan rambut, sembilan kain dengan corak dan warna khusus, uang tindih, layon sekar, bekas sesajen pusaka keraton. Menurut utusan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Wijoyo Pamungkas, labuhan hajat dalem Keraton Ngayogyakarta di laksanakan di 3 tempat salah satunya di Pantai Parangkusumo. Kegiatan adat budaya ini selain memiliki makna rasa syukur kepada tuhan yang maha kuasa, juga memiliki harapan agar Raja Keraton Ngayogyakarta diberikan kesehatan dan panjang umur, berkah dan keselamatan untuk keraton dan warga masyarakat di daerah istimewa, serta bangsa indonesia. Upacara adat ini mengundang perhatian banyak wisatawan, termasuk wisatawan mancanegera.
“Dalam hajat dalem ini memang suatu bentuk keikhlasan seorang raja terhadap Allah, karena membuang itu hanya bukan membuang tempat, namun membuang tempat yang lainnya, tujuannya kenapa di sana sini dibuang, karena tempat itu disesuaikan dengan sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kalau di Parangkusumo ini pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul” ujar utusan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Wijoyo Pamungkas.
Persitiwa budaya upacara adat labuhan Keraton Ngayogyakarta tidak hanya mampu menjadikan identitas yogyakarta sebagi kota budaya, namun kegiatan tersebut juga mendukung aktivitas wisata di DIY. Ribuan masyarakat dan wisatawan antusias menyaksikan upacara adat labuhan keraton, dengan mengikuti seluruh rangkaian upacara labuhan dari Cepuri Parangkusumo hingga saat ritual labuhan di pantai. Prosesi labuhan sendiri berlangsung dengan tertib dan meriah, dibantu oleh personil tim sar parangtritis yang membawa uba rampe ke tengah laut.