TVRI YOGYAKARTA NEWS – DONNY RAHMAD
Kadipaten Pakualaman sebagai pengemban budaya memiliki tugas memajukan dan mengembangkan kebudayaan serta menjaga nilai–nilai budaya, dimana hal tersebut telah diamanatkan dalam Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta.
Dialog budaya malam setu kliwon di Bangsal Kepatihan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta mengangkat tema “kadipaten pakualaman sebagai pengemban kebudayaan.” menghadirkan pembicara Kanjeng Pangeran Haryo Kusumo Parastho, Kanjeng Mas Tumenggung Ndoyodiprojo dengan moderator Kanjeng Raden Tumenggung Jayengtaruno.
Dialog ini memaparkan tugas dan fungsi Kadipaten Pakualaman sebagai pengemban budaya yang diwujudkan melalui pemeliharaan, pemberdayagunaan dan penguatan nilai–nilai, norma, adat istiadat dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Di mana hal tersebut telah diamanatkan dalam Undang-Undang, salah satunya Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta.
“Kadipaten Pakualaman itu sudah 200 tahun adanya, sekarang dengan adanya Uruka Nomor 13 Tahun 2013 itu ada kebudayaan mataram islam, itu tentunya akan terjadi sinkronisasi, dan di sinilah akan terjadinya dinamika bahwa budaya itu akan berjalan, bahwa budaya mataram islam itu sudah lama, kemudian ada budaya lagi, bagaimana budaya itu bisa berlangsung, pakualaman mendukung keistimewaan untuk terjadinya kesejahteraan masyarakat, sehingga cita-cita masyarakat adil dan makmur tercapai” ujar Penghageng Pambudidaya Kadipaten Pakualaman, Kanjeng Pangeran Haryo Kusumo Parastho.
Gelaran dialog budaya bertepatan dengan neton atau hari lahir KGPAA Paku Alam X ini, dihadiri sejumlah Kepala Dinas Kundha Kabudayan serta tokoh–tokoh budayawan Yogyakarta. Kegiatan ini diharapkan mewujudkan kadipaten sebagai organisasi pengemban kebudayaan DIY yang efektif, efisien dengan dukungan sumber daya manusia yang mumpuni dan perangkat organisasi yang handal dan secara aktif mensejahterakan warga DIY.
