TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI
Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta, menerima pareden atau hasil bumi guungan garebeg syawal, dari Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Bawono X. Berbeda dengan sebelumnya, tradisi garebeg syawal tahun 2025, tak ada agenda rayahan, atau sesi khusus bagi masyarakat, untuk berebut gunungan hasil bumi.
Garebeg atau grebeg, adalah salah satu upacara penting, di Keraton Yogyakarta, dan dilakukan 3 kali setahun sesuai penanggalan jawa, yaitu saat idul fitri, idul adha, dan maulid Nabi Muhammad SAW. Tahun 2025, grebeg syawal digelar berbeda dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu dibagikan, tanpa dirayah atau sesi khusus bagi masyarakat, untuk berebut gunungan hasil bumi yang diarak berupa. Hal ini karena, menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Kundo Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, sejak dahulu gerebeg syawal, memang tidak ada tradisi rayahan, tetapi membagikan hasil bumi berupa gunungan, kepada masyarakat, termasuk pejabat pemerintah.
Tak hanya dibagikan, lokasi perjalanan gunungan hasil bumi ditambah satu, yaitu menuju ke Ndalem Mangkubumen, bersamaan dengan yang lain menuju ke Masjid Gede Kauman, Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Komplek Kepatihan, dan Puro Pakualaman. Ini bertujuan mengembalikan tradisi grebeg ke tahun lampau, dengan membawa gunungan juga dibawa menuju ke Ndalem Mangkubumen. Hanya saja, saat ini lokasinya yang sudah berubah bentuk menjadi kampus, maka beberapa waktu terakhir tidak dilakukan. Di kepatihan, hasil bumi diterima Sekretaris Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Beny Suharsono.
“Inikan symbol nyatunya raja dengan masyarakatnya, jadi inikan wujud syukur kepada tuhan yang maha esa, kita sudah selesai melaksanakan ibadah pasa, dan hari ini kita menerima berkah dalem” ujar Sekretaris Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Beny Suharsono.
Terdapat 5 jenis gunungan, yang dibagikan pada prosesi pelaksanaan garebeg sawal, tahun 2025. Kelima jenis gunungan itu adalah gunungan kakung, gunungan estri atau wadon, gunungan gepak, gunungan dharat, dan gunungan pawuhan.