Meriahnya Ratusan Warga Berebut Gunungan di Pakualaman

Meriahnya Ratusan Warga Berebut Gunungan di Pakualaman

TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI

Memperingati garebeg 1 Sawal JE 1958, Kraton Yogyakarta mengirim gunungan kakung untuk Kadipaten Puro Pakualaman. Gunungan kakung dari Kraton Yogyakarta juga menjadi hadiah dari sultan untuk memperkuat tali kekerabatan di antara keduanya.

Dalam peringatan garebeg 1 Syawal JE 1958, Kraton Yogyakarta Hadiningrat turut mengirim satu gunungan kakung ke Kadipaten Puro Pakualaman. Selain sebagai wujud rasa syukur berakhirnya bulan ramadan serta menyambut idul fitri, gunungan kakung juga menjadi hadiah dari Sri Sultan Hamengku Buwono x kepada Puro Pakualaman sebagai perwujudan kekerabatan antara 2 keluarga besar Kraton dan Pakualaman dari Wangsa Mataram. Selama perjalanan, 4 ekor gajah turut mengawal gunungan kakung dengan menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer diikuti prajurit pakualaman bregada plangkir, kemudian diikuti bregada dragunder di bagian belakang. Gunungan kakung sendiri berbentuk kerucut dengan mustaka berbentuk ikan bader yang terbuat dari kue tepung beras, kemudian bawahnya terdapat bendul lalu dirangkai dari ratusan susunan tangkilan kacang panjang. Tradisi tahunan ini juga menjadi wujud sedekah Raja Yogyakarta kepada rakyatnya sekaligus mendekatkan hubungan manusia dan tuhan maupun antar manusia. Setelah prosesi serah terima di Puro Pakualaman, gunungan kakung diarak kembali ke Alun-Alun Sewandanan untuk diperebutkan atau dirayah warga. Tak butuh waktu lama, ubo rampe gunungan kakung habis diambil ratusan masyarakat yang telah menunggu lama sejak pagi. Banyak harapan yang disampaikan masyarakat dengan membawa pulang umbo rampe gunungan berupa hasil bumi ke rumah seperti berlimpahnya rejeki, berkah kesehatan, kesejahteraan, dan tercapainya doa dan harapan ke depannya.

“Saya mendapatkan kacang panjang, cabai merah, nasi, kata orang dulu, nasi ini membuat kedepan tidak akan punah atau kering dalam pertanian, itukan kepercayaannya saja, maksudnya kalau dulu missal kita mau bercocok tanam kita sebarkan di sawah, insya allah diberikan keberkahan oleh Allah SWT ibaratnya sebagai penangkal bala” ujar Marni, salah seorang warga.

Diketahui, gunungan menjadi simbol perwujudan kemakmuran Kraton Yogyakarta yang diberikan raja kepada rakyatnya agar mendapat kemakmuran dan kedamaian. Sayuran dan palawija yang menjadi bahan gunungan juga melambangkan sejatinya masyarakat Yogyakarta merupakan masyarakat agararis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *