TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, sudah memprediksi, kembali merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku, di awal tahun 2025.
Guna mengantisipasi lonjakan kasus PMK tersebut, pemerintah saat ini mengaku telah menyiapkan 4 juta dosis vaksin, untuk segera didistribusikan ke semua wilayah yang membutuhkan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Agung Suganda meninjau langsung vaksinasi masal hewan ternak, di Kelompok Ternak Ngudi Makmur, Bendungan, Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kunjungannya itu, agung meminta setiap peternak untuk melakukan vaksinasi hewan ternak, guna mencegah penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku. Hingga kini, tercatat lebih dari 13 ribu kasus PMK muncul di Indonesia, 338 di antaranya mati. Kembali merebaknya kasus PMK di awal tahun 2025 ini, sebenarmya sudah diprediksi pemerintah sebelumnya. Selain melihat tren lonjakan kasus tahun lalu, kembali merebaknya kasus PMK ini, juga tak lepas karena di bulan januari hingga maret ini, sedang memasuki perubahan musim, yang membuat ternak mudah terserang penyakit. Terlebih di bulan-bulan ini, mobilisasi ternak juga sangat tinggi, yakni untuk persiapam bulan puasa, idul fitri, maupu idul adha. Guna mencegah penyebaran kasus PMK kian meluas, pemerintah telah menyiapkan sebanyak 4 juta dosis vaksin, untuk didistribusikan ke seluruh daerah, pada Januari hingga Februari 2025. Vaksinasi ini sangat penting, karena menjadi salah satu cara paling efektif, untuk memunculkan kekebalan komunal ternak, terhadap serangan PMK.
“Saat ini secara Nasional sekitar 13.000 kasus dari tanggal 28 Januari kemarin dan juga kematian sekitar 338 ekor dan ini tentu trendnya terus menurun, kami sudah memprediksi bahwa Januari, Februari, dan Maret 2025 akan ada penigkatan kasus PMK ini, karena data series di tahun 2023-2024 di bulan Januari, Februari, dan Maret ada peningkatan kasus, karena adanya perubahan cuaca, adanya mobilisasi kebutuhan ternak untuk idhul fitri dan idhul adha sehingga menimbulkan peningkatan kasus, yang di tahun 2024 kemarin, ternyata lebih cepat, minggu ke 3 Desember 2024 peningkatan kasus sudah terjadi, dan di 31 Desember 2024 1 hari itu secara Nasional peningkatan kasus melebihi 2x standar defiasi yang ditetapkan, namun esoknya turun kembali, dan terjadi fluktuasi tetapi tetap masih di bawah 2x standar defiasi” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Agung Suganda.
Sejak status wabah dicabut sekitar bulan Juni 2023 lalu, Indonesia masuk dalam kategori daerah endemis atau tertular PMK. Saat ini, sekitar 26 provinsi bertatus endemis, 3 daerah memiliki kasus sangat kecil, sementara 9 daerah dinyatakan bebas PMK.