TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Petani bawang merah di Kapanewon Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meraup untung dari panen bawang merah. Hasil panen petani kali ini masih dihargai cukup tinggi oleh para pemborong bawang yang banyak berasal dari luar Gunungkidul.
Petani Giritirto, Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menanam bawang merah sejak pertengahan musim hujan lalu dan kini masuk masa panen. Harga jual komoditas umbi-umbian ini terhitung masih tinggi dan menguntungkan petani. Rendahnya curah hujan tahun ini juga berdampak pada hasil panen. Hampir semua tanaman petani bawang merah masuk kategori super dengan ukuran umbi besar. Satu petak lahan bawang merah sudah laku terjual hingga tujuh belas juta rupiah oleh pemborong. Harga jual kali ini diakui jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Dari penjualan sistem borong, petani mengaku mendapat keuntungan hingga lebih dari sepuluh juta rupiah. Selain harga pasaran bawang merah masih baik, tingginya harga juga dipengaruhi kualitas hasil panen. Banyak umbi bawang masuk kategori besar dan sehat, sehingga dihargai tinggi. Satu rumpun rata-rata hanya terdapat tujuh hingga sembilan umbi saja, sehingga pertumbuhan bisa maksimal. Petani bawang merah di Giritirto banyak memilih menanam bawang pada musim hujan. Meski lebih berisiko, harga jual lebih tinggi menjadi motivasi petani tanam saat musim hujan. Bahkan pemasaran hasil panen juga mudah, karena beberapa pedagang besar atau pemborong asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, rutin mencari bawang merah ke daerah ini.
Biaya yang dikeluarkan petani kali ini cukup besar, lebih dari lima juta rupiah sekali musim tanam. Ongkos banyak keluar untuk biaya perawatan, pupuk, hingga pembelian air untuk penyiraman.