TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Pasar Rakyat Sewandan, Pakualaman ramai dipadati ribuan pengunjung pada malam Minggu. Pasar ini menawarkan aneka kuliner lawas berupa makanan dan minuman tradisional untuk sejenak bernostalgia. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga karena rata-rata kuliner dibanderol dengan harga 10 ribu rupiah ke bawah.
Malam Minggu, ribuan warga memadati Pasar Rakyat Sewandan di Alun-alun Kadipaten Pakualaman, Kota Yogyakarta. Setiap lapak kuliner terlihat ramai diserbu para pengunjung. Pasar Rakyat ini menjadi puncak peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-212 pada tahun 2024. Digelar selama 3 hari, pasar ini dimeriahkan oleh 82 stand UMKM kuliner tradisional dan kerajinan dengan harga yang ekonomis.
Salah satu makanan tradisional yang terkenal di pasar ini adalah Serabi Notomulyo asal Imogiri, Bantul, dengan harga 3500 rupiah per porsi. Penjualnya mengaku lebih dari 300 serabi terjual setiap harinya. Di sini, pengunjung juga dapat menemukan lapak Sate Kronyos, sate yang terbuat dari lemak sapi dengan harga 10 ribu rupiah per tiga tusuk. Penjual makanan tradisional Betawi seperti Kerak Telur juga hadir ikut menyemarakkan pasar rakyat ini.
Untuk minuman, pengunjung dapat memilih berbagai jenis seperti kelapa hijau, es tebu hijau, atau es dong-dong. Jika ingin minuman tradisional, pengunjung dapat membeli Dawet Ireng dengan harga 8000 rupiah per gelasnya, atau mencoba minuman jamu sambil berkonsultasi sambil meracik langsung.
Para pedagang di pasar rakyat ini mengaku senang karena sejak dibuka, antusiasme warga yang berkunjung sangat tinggi, yang berimbas pada larisnya dagangan yang ditawarkan. Bagi pengunjung yang ingin mencicipi cita rasa jaman dahulu atau sekadar mengenang nikmatnya kuliner masa kecil, Pasar Sewandan, Pakualaman menjadi satu pilihan.
Selain menjual aneka kuliner, Pasar Rakyat Sewandan juga dimeriahkan berbagai kesenian tradisional mulai dari Jathilan atau Kuda Lumping, wayang kulit, barongsai hingga fashion show dan pertunjukkan musik. Pasar rakyat ini digelar sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan.