TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Sebagian Warga di Wilayah Pedesaan Kabupaten Kulon Progo, masih setia menggeluti Profesi sebagai Pemburu Kroto atau Telur Semut, sebagai Sumber Mata Pencaharian utama mereka. Sayangnya, Keberadaan Pemburu Kroto, semakin hari semakin berkurang, seiring semakin sulitnya mendapatkan Sarang Semut Ngangrang di Alam, hingga terus menurunnya harga Jual Kroto di Pasaran. Suryana, merupakan salah satu Warga Kulonprogo yang masih setia Menggeluti Profesi sebagai Pemburu Kroto, atau Telur Semut di Alam. Warga Dusun Boro, Karangsewu, Galur, Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta ini, sudah lebih dari 10 Tahun, Berkeliling dari satu Pelosok Desa ke Desa lainnya, demi mendapatkan Kroto untuk dijual. Berbekal sejumlah Galah Bambu, setiap hari, Suryana, berangkat dari Pagi hingga Sore hari, untuk mencari Kroto, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari Keluarganya. Digigit dan dikeroyok Semut, sudah menjadi hal biasa bagi dirinya. Agar tak Terkena Gigitan Semut, ia mengolesi Galah dengan Kapur. semakin minimnya Populasi dan Sarang Semut Ngangrang di Alam, membuat Suryana kini harus bepergian, hingga belasan bahkan Puluhan Kilometer dari Rumahnya, untuk mencari Sarang Semut. Usaha itu kadang tak Sebanding dengan pendapatannya, mengingat rata-rata ia hanya mendapat 7 ons Kroto dalam sehari. Jumlah itu dikatakan terus menurun, dibandingkan Tahun-tahun sebelumnya, yang bisa mencapai lebih dari satu Kilogram per hari. Selain harus sabar dalam mencari Kroto, Suryana juga terus mengalami penurunan pendapatan, Akibat rendahnya harga jual Kroto di Pasaran saat ini. Rutin menyetor ke pengepul, satu Kilogram Kroto saat ini, hanya dihargai 130 ribu rupiah. Harga itu terus turun dari sebelum-sebelumnya, yang bisa mencapai hingga 170 ribu per kilogram. Meski hanya mendapat pemasukan kurang dari 100 ribu per hari, Suryana tetap bersyukur, karena hanya itu Pekerjaan yang dimilikinya.