TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI DAN UCU ANDRITAMA
Asosiasi pertekstilan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan, hingga kini, belum ada perusahaan tekstil, yang melakukan pemutusan hubungan kerja. Meski demikian, asosiasi pertekstilan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta mengakui, satu perusahaan, sedang melakukan recovery atau pemulihan.
Kondisi industri saat ini, sedang tidak baik-baik saja. Hal ini diindikasikan dengan, sejumlah kapasitas produksi perusahaan tidak sampai 100 persen, bahkan terjadi penurunan 30 hingga 40 persen. Kondisi ini disebabkan karena geopolitik global, serta, krisis energi dan pangan akibat konflik bersenjata di berbagai daerah. Hal ini berimbas pada iklim industri tanah aiar, bahkan beberapa perusahaan tekstil di luar Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah ada yang tutup. Sedangkan di DIY sendiri, ada satu perusahaan, yang tengah melakukan recovery atau pemulihan. Meski demikian, berdasarkan musyawarah asosiasi pertekstilan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta 2024, belum ada laporan perusahaan tekstil di bumi mataram ini, yang melakukan pemutusan hubungan kerja. Untuk memperbaiki situasi, hal yang perlu ditingkatkan adalah daya saing dan produktivitas.
Tekstil menjadi tulang punggung ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta, dan memiliki peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja masuknya dolar ke dalam negeri. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia industri tekstil, dan produk tekstil. Hal ini karena industri tekstil dan produk tekstil, memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Sebelumnya, berdasarkan data konfederasi serikat pekerja nusantara, sedikitnya enam pabrik tekstil telah gulung tikar, dan menyebabkan lebih dari 11 ribu pekerja terkena pemutusan hubungan kerja.