TVRI YOGYAKARTA NEWS – NORMA NOVICKA – DONNY RACHMAD
Buku ‘Tok Wi Altar Leluhur’ menceritakan tentang Tok Wi Batik, dan Bakti Kepada Orang Tua serta Leluhur mengenal dan Pelestarian Budaya. Peluncuran Buku Tok Wi ini Altar Leluhur yang dilakukan di The Grand Cabin Hotel. Tok Wi merupakan Kain Penutup Meja Altar yang memiliki peran penting dalam satu Ritual Keagamaan Masyarakat Tionghoa. Beragam Perpaduan Tok Wi dengan Torehan Batik termasuk Perpaduan Budaya (Cross Culture) Budaya Jawa dan Tionghoa, Kain Altar tersebut salah satunya telah ada sejak Tahun 1950 .Buku Tok Wi Altar Leluhur merupakan Karya Kedua setelah sebelumnya menerbitkan Buku Berjudul Batika. Tok Wi berasal dari Tiongkok dan terbuat dari Sutra. Tok Wi juga memiliki aturan pola pembuatan yang tetap , yaitu mengikuti pola dua ruang yaitu ruang atas dan bawah dengan komposisi satu berbanding dua. Perkembangannya di Indonesia kain ini terbuat dari Kain Mori dan dikerjakan dengan Teknik Batik. Perubahan Ragam yang digunakan dan juga Warna menunjukkan pengaruh Lokal yang sangat tinggi. Karena adanya Kawin Campur antara Penduduk Lokal dengan pendatang dari Bangsa Tionghoa, Tok Wi pada akhirnya dibuat dari Batik dan disebut Tok Wi Batik. Bakti kepada Orang Tua dan Leluhur diwujudkan melalui Doa di Meja khusus untuk mengenang mereka, Meja khusus ini disebut Meja Altar Leluhur. Kain penutup untuk Meja Tersebut juga khusus dan disebut Tok Wi. Generasi ke-4 Keluarga Batik Gan dari Pekalongan yang sekarang berdomisili Di Kota Yogyakarta , Pola Tok Wi menggambarkan pemaknaan sesuai dengan cara pandang penggunanya yang memiliki Kosmologi Keseimbangan atau Harmonisasi antara unsur Positif dan unsur Negatif untuk mengekspresikan dunia atas dan dunia bawah. Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (Ppbi) Sekar Jagad Gbph Prabukusumo Mengapresiasi Atas Hadirnya Buku yang menceritakan sebagai kain penutup Altar Peranakan. Selayaknya Batik yang juga bukan merupakan Kain biasa, Tok Wi Batik memiliki Nilai Filosofi Sakral sangat tinggi. Di mana Silang Budaya yang terjadi Pada Tok Wi, membuktikan bahwa Batik merupakan Warisan Budaya Nusantara yang sudah Membumi dan diakui sebagai mahakarya pusaka Kemanusiaan Lisan dan tak benda oleh Unesco,” Ucap Gbph Prabukusumo. Dengan kemajuan Teknologi, padahal sejak kecil Tradisi dan Budaya tersebut sudah melekat dalam keseharian Masyarakat, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta (Diy).