TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Sementara itu, kesulitan mendapatkan air dalam jumlah memadai, dirasakan petani lahan irigasi di Kalurahan Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Aliran air irigasi yang menjangkau lahan sawah sudah harus digilir, akibat debit air yang terus berkurang, di musim kemarau.
Memasuki musim tanam ketiga bulan Agustus, beberapa petani lahan sawah di Padukuhan Kerjo, Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai keluhkan terbatasnya air. Aliran air dari saluran irigasi, ke lahan petani sudah dilakukan penggiliran. Seperti yang dialami sutaryo, salah seorang petani pemilik lahan yang berdekatan dengan saluran air ini. Aliran air irigasi dari sumber simo dan beton, kini hanya bisa diperoleh dua kali saja tiap pekanya, yaitu setiap Rabu dan Sabtu. Sementara di luar hari tersebut, saluran irigasi tidak terpasok air. Pembatasan air ini berpengaruh pada kondisi lahan. Di usia tanaman masih muda, genangan air tidak bisa merata ke seluruh lahan miliknya. Lahan yang letaknya jauh dari saluran air akan lebih kering. Kesulitan air mulai dirasakan petani sejak juli lalu. Debit air yang disalurkan ke jaringan irigasi juga diakui petani sudah berkurang dan mengecil. Agar pertumbuhan padi bisa tetap baik, Sutaryo pun harus menambah pasokan air secara mandiri dari sumber air sumur bor yang ada di wilayah ini. Sepekan sekali, aliran air dari sumur bor harus dialirkan ke lahan untuk penambahan pemenuhan air. Petani khawatir, kurangnya air di musim tanam kali ini akan berdampak pada turunya hasil panen mendatang.
Kemarau dua tahun terakhir ini, yang paling memberikan dampak bagi para petani. Debit air irigasi berkurang sangat banyak dan tidak bisa dinikmati maksimal para petani. Petani berharap, beberapa pihak bisa kembali membangun sumur bor, untuk pemenuhan air di daerah ini.