TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Usai hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah Gunungkidul. Aktifitas petani lahan tadah hujan kembali bergeliat.
Hujan yang turun dengan cukup deras dengan durasi lama, membuat lahan menjadi basah dan ideal untuk ditanami jagung, karena dianggap masih bisa memberikan keuntungan cukup besar.
Hujan yang sudah lama ditunggu petani Gunungkidul, akhirnya datang. Aktifitas pertanian yang sudah lama terhenti akibat kemarau pun, kembali terlihat marak. Di sebagian besar lahan tadah hujan di Kapanewon Saptosari, banyak petani sudah mengawali aktifitas tanam. Jalal dan banyak petani lain di kalurahan monggol memilih menanami lahan dengan benih jagung.
Hujan yang akhirnya turun dengan cukup deras dengan durasi lama, membuat lahan menjadi basah dan ideal untuk ditanami jagung. Beberapa varietas jagung pun banyak dipilih petani diwilayah ini. Jalal sendiri lebih memilih jagung varietas tongkol dua, karena dianggap cukup adaptif di lahan tadah hujan di Kapanewon Saptosari. Benih jagung yang sudahn disiapkan segera di tanam di lahan yang sebelumnya sudah diberi pupuk kandang. Petani berharap, curah hujan juga diharapkan bisa tetap stabil turun sehingga membuat lahan tetap dalam kondisi basah. Karena untuk pertumbuhan awal, jagung masih sangat membutuhkan banyak air hujan dalam jumlah cukup banyak. Selain jagung, petani juga banyak banyak menanami lahanya dengan tanaman pangan lainya, seperti padi dan kacang tanah. Dari informasi yang diperoleh petani, musim hujan Gunungkidul sudah terjadi periode akhir Oktober ini. Petani pun mengaku mantap memulai musim tanam.
“Misal 20 hari tidak ada hujan, kelihatannya sudah layu. Harapan kami sebagai petani, semoga mendapatkan hasil yang maksimal sehingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari” ujar Jalal, salah seorang petani.
Tahun sebelumnya, banyak petani di Gunungkidul menderita kerugian besar akibat curah hujan turun tidak teratur. Saat itu, benih yang sudah ditebar petani gagal tumbuh akibat hujan yang menghilang.