TVRI YOGYAKARTA NEWS – MARGOLARAS
Kegiatan Desain Komunikasi Visual Connect di Kampus ISI Yogyakarta mementaskan wayang beber langka dari Gunungkidul, sebagai bagian dari implementasi kampus merdeka belajar serta upaya mendukung konservasi kebudayaan.
Wayang beber asli yang bagi pewarisnya merupakan pusaka warisan leluhur, berupa gulungan kertas deluwang berisi gambar gambar sosok pewayangan yang menceritakan sebuah lakon. Oleh karena kelangkaannya dan disebut pusaka, maka saat dipentaskan terasa nuansa magis.
Kegiatan DKV Connect tahun ini mengambil peran mahasiswa ISI Yogyakarta bersama seniman dan dalang, untuk menggelar pentas wayang beber pusaka koleksi pewaris ke 15 wayang beber asli asal gelaran 2 Bejiharjo Karangmojo Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, di Concert Hall ISI Yogyakarta. Pentas wayang beber merupakan sebuah pertunjukan wayang yang disajikan dalam bentuk bentangan kain, berisi gambar gambar wayang dalam satu kesatuan bentangan kertas deluwang, menceritakan sebuah lakon yang dinarasikan oleh sang dalang dengan menunjuk setiap gambar. Dalam pementasan kali ini dikolaborasikan dengan teknologi audio visual, yang mampu menampilkan aktivitas dalang dalam tangkapan layar lebar. Menurut pewaris wayang beber wisto utomo, bagi keluarganya wayang beber merupakan sebuah pusaka warisan leluhur yang terus dijaga, apalagi saat ini sudah sangat langka bahkan hanya ada beberapa di dunia. Oleh karena itu dalam setiap pementasannya didahului dengan ritual pembukaan, sehingga terasa nuansa magis dalam satu pementasannya. Ada tantangan tersendiri bagi sang dalang dalam mementaskannya, lantaran kondisi wayang beber yang sudah rapuh karena faktor usia.
“Kurang lebih sekitar 4 abad lebih, wayang beber itu artinya di beberkan di bentangkan, itu singkat cerita cinta paji asmoro dan dewi candra kirana, ini ada 4 gulungan dan 16 adengan, dan wayang beber ini asli” ujar dalang wayang beber, Wisto Utomo.
Ketua DKV Connect Daru Tunggul Aji menyampai, pementasan wayang beber ini merupakan implemetasi dari kampus merdeka belajar, yang dalam hal ini adalah pembelajaran di luar kelas. Terlebih prodi DKV ISI Yogyakarta telah menaruh perhatian besar terhadap konservasi kebudayaan. Sehingga hal ini akan berkelanjutan melalui perangcangan aset aset visual, yang diharapkan dapat melestarikan wayang beber Wonosari Gunungkidul, serta menarik minat masyaraat lebih luas.