TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Guna menyiapkan masyarakat tanggap bencana, Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya menambah kampung siaga bencana.
Tahun ini dinas sosial menargetkan 79 kampung siaga bencana berdiri, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, terus berupaya menyiapkan masyarakat siap siaga dengan bencana. Hal itu dilakukan dengan membentuk kampung siaga bencana di berbagai daerah di bumi mataram ini. Terakhir dinsos meresmikan kampung siaga bencana di wilayah Kulonprogo, yakni Kalurahan Sidomulyo Kecamatan Pengasih. Pemberian predikat kampung siaga bencana ini, ditandai dengan simulasi kesiapsiagaan bencana, yang diikuti personil tagana dan masyarakat sekitar. Pembentukan kampung siaga bencana ini, digunakan untuk mempersiapkan masyarakat yang siap siaga bencana. Sehingga ketika bencana terjadi, masyarakat dapat mengkondisikan, sembari menunggu bantuan dari pemerintah pusat. Kampung siaga bencana dinilai penting, sebagai bagian proses awal penanganan bencana, tanpa harus menunggu pemerintah pusat. Hingga kini sudah terdapat 17 kalurahan yang berstatus kampung siaga bencana, di Kulonprogo, dan 76 kalurahan KSB di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya meningkatkan kuantitas KSB, dengan menargetkan 79 KSB terbentuk tahun 2024.
“KSB ini adalah strategi dari pemerintah, untuk bisa memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam penanganan bencana, bagaimana nantinya bisa mengelola shelter, mengelola korban pengungsi, mengelola dapur umum, dan kegawat darurat sebelum bantuan dengan level lebih tinggi lagi, kita tingkatkan kapasitas ini” ujar Kepala Bidang Perlindungan dan jaminan social Dinsos DIY, Sigit Alfianto.
Sebelum mendapatkan predikat KSB, setiap kalurahan telah menjalani serangkaian tahapan, dengan melibatkan personil tagana, maupun para relawan kebencanaan. Sejumlah kesiapan juga dilakukan mulai dari shelter, dapur umum, hingga tenda medis. Selain itu, masyarakat juga dilatih dalam melakukan evakuasi dan penanganan awal medis. Pendirian KSB diharapkan tidak hanya sekedar menjadi predikat, melainkan dapat diimplementasikan saat terjadi bencana.