Cabai Mahal, Warga Raup Untung Panen Cabai Atap Rumah

Cabai Mahal, Warga Raup Untung Panen Cabai Atap Rumah

TVRI YOGYAKARTA NEWS – HERDIAN GIRI

Musim hujan dan cuaca ekstrem, membuat harga cabai melambung tinggi, hingga 110 ribu rupiah per kilogram.

Namun, warga Kota Yogyakarta mampu meraup untung hingga 300 ribu rupiah, dengan memanen cabai di atas atap rumah.

Musim hujan dan cuaca ekstrem, membuat harga bahan pokok seperti cabai, melonjak tinggi. Di pasar tradisional Kota Yogyakarta, harga 1 kilogram cabai rawit merah, bahkan mencapai 110 ribu rupiah per kilogram, hampir menyamai harga daging sapi, yang dijual sekitar 120 ribu rupiah per kilogram. Tak stabilnya harga cabai ini, membuat salah seorang petani urban, dari Kampung Gemblakan Atas, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta, Daliman berinisiatif mengembangkan rumah cababai mataram. Memiliki lahan yang terbatas di kampung, ia berinisiatif menanam cabai di atap rumahnya. Meski lahan terbatas, menanam cabai di atap rumah justru menguntungkan. Atap menjadi tempat ideal, karena tanaman cabai mendapat sinar matahari penuh. Berbeda jika ditanam dibawah, tanamannya terhalang rumah tetangga, yang menutup akses sinar matahari. Budidaya cabai ini sudah dilakukannya sejak 6 tahun terakhir, sebelumnya ia mengembangkan tanaman anggrek. Tanaman cabai membutuhkan waktu sekitar empat bulan, dari penanaman hingga panen perdana. Namun setelah itu, panen bisa dilakukan setiap tiga hari sekali, dengan hasil rata-rata 2 ons per panen. Hal yang perlu diwaspadai, adalah serangan penyakit di musim hujan. Untuk mengatasinya, daliman menutup tanaman cabai, menggunakan plastik, dan menanam dalam pot plastik atau polybag, untuk mengendalikan air, dan meminimalkan gulma. Dengan harga cabai yang tinggi, hasil panen sangat membantu ekonomi keluarga Daliman.

“Cabai memang agak sulit ditanam, namun cabai itu bisa panen terus menerus, tidak sekali tanam, dan kalau pas harga mahal, pengahsilannya sangat menjanjikan, missal kalau 1 kg harga 10 ribu kan lumayan, dengan harga cabai mahal ini tidak masalah bagi keluarga kami, karena sudah cukup” ujar Daliman, salah seorang petani urban cabai.

Kesuksesan Daliman dalam budidaya cabai di atap rumah membuktikan, keterbatasan lahan bukan halangan untuk bercocok tanam, di tengah hirup pikuk Kota Yogyakarta. Dengan perencanaan yang baik dan perawatan yang tepat, serta konsisten merawat tanaman, urban farming bisa menjadi solusi di tengah tingginya harga kebutuhan pokok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *