TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Aktivitas jual-beli sapi di Pasar Hewan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini lesu, akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku.
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, tak hanya turut memicu turunnya harga jual beli sapi, namun juga jumlah populasi hewan yang beredar di pasar hewan. Meski demikian, pasar hewan itu, tetap buka.
Aktivitas di Pasar Hewan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kini terlihat lengang. Saat ini untuk jumlah populasi sapi, yang masuk ke Pasar Hewan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini, pun turun. Di hari biasa atau normal tanpa ada wabah penyakit, populasi bisa mencapai lebih dari 200 ekor, namun kini hanya dikisaran 115 hingga 120 ekor saja. Bahkan pada Minggu lalu, jumlah populasi yang masuk ke dalam pasar, hanya sekitar 70 ekor, itu pun yang laku hanya 9 ekor. Selain jumlah populasi yang turun, harga jual sapi juga turun satu hingga 2 juta rupiah per ekor sapi. Pasaran pahing Jumat lalu, hanya tercatat 115 hingga 120 ekor yang masuk ke dalam lokasi pasar. Pada kesempatan itu, petugas menolak 2 armada pengangkut hewan ternak, karena sapi yang diangkut saat diperiksa bergejala, sehingga pengelola pasar memastikan sapi-sapi yang ada di dalam pasar, relatif aman. Meski wabah penyakit mulut dan kuku, namun dengan berbagai pertimbangan, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan, Kabupaten Sleman memilih untuk tetap membuka pasar hewan, namun dengan memperketat pengawasan, sehingga ekonomi di masyarakat, tetap bergerak terutama kalangan peternak.
“Sebelum ini, himbauan utama dan utama yaitu, untuk menjaga kebersihan kandang, jangan memasukkan hewan dari luar daerah, kalau ada 1 atau 2 hewan dikelompok ternak itu sedang sakit, maka harus dikelompokkan di kandang tersendiri” ujar PLT Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan, Kabupaten Sleman, Suparmono.
Lesunya aktivitas jual beli sapi di Pasar Hewan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini, juga mempengaruhi perputaran uang di pasar, yang turun 70 hingga 80%. Padahal pada hari biasa atau aktivitas normal tanpa ada wabah, perputaran uang di Ambarketawang, bisa mencapai 300 hingga 350 juta rupiah.
Lesunya aktivitas penjualan, membuat para pedagang memilih pulang ke rumah lebih awal, dan merawat lebih lama hewan ternaknya, di dalam kandang.