TVRI YOGYAKARTA NEWS – NORMA NOVIKA DAN DONNY RAHMAD
Lomba Jemparingan Kadipaten Pakualaman menjadi ajang kompetisi yang sangat digemari masyarakat bahkan dari berbagai kota di tanah air.
Selain terus menjaga tradisi leluhur, kegiatan ini menjadi ajang kompetisi dan silaturahmi para pecinta olahraga panah tradisional ini.
Antusiasme tinggi masyarakat terlihat saat mengikuti lomba jemparingan atau seni memanah tradisional khas gaya Mataram Yogyakarta. Lomba ini digelar sebagai rangkaian peringatan berdirinya Kadipaten Pakualaman ke-212. Lomba memanah tradisional gaya Mataraman Yogyakarta tahun ini tercatat lebih dari 880 peserta, meningkat dari tahun sebelumnya yang diikuti hanya 665 orang. Para pemanah putra dan putri dari berbagai kalangan dan juga berbagai tingkatan usia, berpartisipasi dengan semangat tinggi untuk mengikuti 20 rambahan atau babak yang diwajibkan. Setiap rambahan, para peserta diberi kesempatan melesakkan 4 anak panah dengan waktu 5 menit untuk 3 baris peserta. Sebagai bentuk pelestarian budaya, pada lomba ini, para peserta untuk mengenakan ageman atau busana khas Mataram, dan menggunakan peralatan panah yang sudah ditentukan.
Berbeda dengan panahan internasional pada umumnya dengan berdiri, pemanah jemparing harus dalam posisi bersila dengan jarak sasaran sekitar 30 meter. Sasaran berupa kayu dibungkus busa dan kain membentuk boneka disebut bandulan atau wong-wongan. Panjangnya sekitar 30 sentimeter dengan tanda merah di bagian kepala. Bagi yang tepat mengenai tanda merah, atau yang panahnya paling banyak mengenai sasaran, di setiap rambahan, akan mendapat penghargaan tertinggi. Demikian Norma Novika dan Donny Rahmad TVRI Yogyakarta melaporkan.