TVRI YOGYAKARTA NEWS – SETYA BUDI
Beberapa petani di Padukuhan Beji, Patuk, Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini mulai mengurangi penggunaan beberapa jenis pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik seperti kotoran hewan ternak, lebih diperbanyak, dengan tujuan menjaga kesuburan dan kegemburan lahan.
Petani di Padukuhan Beji, Patuk, Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum benar-benar bisa meninggalkan pupuk kimia. Meski demikian, porsi pemakaian untuk tanaman padi, mulai dikurangi. Petani tadah hujan di Dusun Beji, sudah hampir lima tahun mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, dengan jangka waktu lama, bisa berpengaruh pada kesuburan dan kegemburan tanah. Lahan mudah mengeras, sehingga menyulitkan pengolahan saat awal tanam. Penggenangan lahan, dengan jalan penyedotan air sungai menjadi lebih boros. Beberapa jenis penyakit tanaman, seperti patah leher pada batang padi, kini juga bisa lebih ditekan. Gangguan patah leher, menyebabkan batang mudah patah, dan tidak kuat menahan bulir padi. Meski demikian, pupuk kimia tetap digunakan dengan jumlah tertentu, sebagai media perangsang tumbuh padi. Penggunaan pupuk organik, saat ini lebih ditingkatkan. Dari dua petak lahan, dibutuhkan hingga puluhan sak pupuk organik kotoran hewan ternak. Hasilnya, lahan bisa lebih lunak dan gembur, terutama saat mulai langka air. Pengaruh lain, tanaman bisa lebih subur, hijau, dengan bulir padi lebih berbobot.
Pada musim tanam kedua, lahan pertanian di Beji, Patuk, Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak mengandalkan pengairan dari sungai oyo, dengan menggunakan pompa air untuk penggenangan lahan.