TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu alternatif yang cukup menjanjikan untuk budidaya tanaman hortikultura, terutama di dalam polybag.
Dari sekian jenis tanaman dan metode tanam, sistem irigasi tetes saat ini mulai banyak diterapkan petani di Kalurahan Margorejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman.
Seperti yang dilakukan salah seorang petani milenial Dusun Nglebeng, Kalurahan Margorejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman ini misalnya. Sudah hampir 2 bulan lamanya memilih menggunakan sistem irigasi tetes pada tanaman jenis hortikultura yakni kembang kol pada luas lahan enam ratus meter persegi. Menurutnya, sistem irigasi dinilai lebih tepat sasaran daripada menggunakan sistem bedengan apalagi di musim kemarau. Pada sistem ini juga dinilai lebih menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes perlahan-lahan ke tanaman kol. Air yang menetes diteruskan ke permukaan tanah selanjutnya akan menetes ke akar. Adapun peralatan meliputi jaringan katup, pipa dan pemancar yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi bisa dikondisikan, sehingga air bisa menetes secara terus menerus, dari tinggi maupun ke yang rendah. Melalui air sumur inilah, air disedot menggunakan sebuah pompa dan diteruskan melalui jaringan pipa pralon. Heru santoso menambahkan, penggunaan metode atau sistem irigasi tetes ini juga lebih efektif karena tepat sasaran. Dijelaskan, sejak menggunakan sistem irigasi tetes ia tak perlu lagi repot menyiram satu persatu tanaman. Meski dinilai sejumlah petani berbiaya mahal, namun solusi yang tepat yakni menggunakan alat yang harganya paling murah, dengan begitu akan lebih meminimalisir pengeluaran biaya.
Saat ini polybag yang ia miliki ditanami sayuran jenis kol dengan masa tanam dan panen 60 hari atau 2 bulan. Harga jualnya 5 ribu rupiah perkilogram, dinilai cukup lumayan saat memasuki masa panen yang tinggal 1 bulan lagi ini.