TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Mengawali musim hujan yang turun di awal bulan september ini, warga di Dusun Tempursari, Kalurahan Sardonoharjo, Kapaenwon Ngaglik, Kabupaten Sleman menggelar kenduri banyu udan ke 9.
Dalam prosesinya, selain doa minta hujan, warga melakukan kirab budaya sambil membawa kendi berisi air hujan keliling kampung sebagai bagian dari mengajak masyarakat untuk menyimpan air saat memasuki musim hujan.
Kirab budaya dengan puluhan bregodo yang didominasi kalangan perempuan membawa kendi ini diawali dengan menuangkan air hujan ke dalam satu gentong di tepi jalan masuk Dusun Tempursari, Kalurahan Sardonoharjo, Kapaenwon Ngaglik, Kabupaten Sleman. Prosesi ini merupakan sebagai simbol ajakan kepada masyarakat agar menyimpan air saat musim hujan, sehingga bisa bermanfaat untuk mengatasi krisis air ditengah berlangsungnya musim kemarau. Dalam prosesi kenduri banyu udan yang sudah kesembilan kalinya ini digelar mengambil tema selaras dengan semesta. Mengawali kegiatan di Halaman Pendopo Sanggar Banyubening, para pegiat seni melakukan teatrikal dalam bentuk tari kolosal yang dimainkan remaja putra dan putri. Teatrikal menggambarkan dalam satu lokasi atau tempat terdapat pepohonan yang tumbuh lebat, namun seiring berjalannya waktu selanjutnya terjadilah penebangan liar. Dari kegiatan penebangan ini dinilai berpotensi terjadi bencana alam banjir dan longsor. Pesan melalui tari dari para penggiat seni tahun ini mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem serta menyimpan air saat musim penghujan yang kemudian digunakan saat musim kemarau.
Dalam puncaknya, warga maupun bregodo yang mengiringi kendi turut melakukan doa bersama sebagai permohonan minta hujan kepada sang yang kuasa. Mereka berharap, agar musim kemarau berakhir dan segera turun hujan, sehingga warga bisa menyimpan air hujan dan dimanfaatkan saat kondisi krisis air dimusim kemarau.