TVRI YOGYAKARTA NEWS – RAIHAN
Satu dekade sejak diluncurkan, gerakan nasional revolusi mental kembali dievaluasi dalam Focus Group Discussion FGD di Yogyakarta, dengan menghadirkan berbagai narasumber dari lintas sektor.
Kegiatan kolaborasi antara Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK ini, untuk mengukur dampak dan efektivitas program yang telah berjalan selama sepuluh tahun dalam mengubah cara pandang, sikap, dan perilaku masyarakat Indonesia.
Revolusi mental pertama kali digunakan Presiden Soekarno tahun 1957 ketika revolusi nasional sedang berhenti. Gerakan ini ditujukan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Dalam 10 tahun semasa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, semangat tersebut diimplementasikan dengan tujuan lebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa. Nilai-nilai revolusi mental meliputi etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif, inovatif, adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum. Oleh karena itu untuk melihat hasil sekaligus evaluasi dari gerakan Nasional revolusi mental, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK dan UGM, menggelar kegiatan Focus Group Discussion FGD di Yogyakarta. Ketua tim FGD Doktor Wahyudi dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyebut, kegiatan ini untuk mengukur dampak dan efektivitas program yang telah berjalan selama sepuluh tahun dalam mengubah cara pandang, sikap, dan perilaku masyarakat Indonesia.
“Kami dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK, melakukan penelitian terkait dengan kajian dampak revolusi mental terhadap perubahan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang kami tinjau dari 5 indikator gerakan Nasional revolusi mental, diantaranya gerakan Indonesia melayani, Gerakan Indonesia mandiri, gerakan Indonesia bersih, gerakan Indonesia tertib, dan gerakan Indonesia bersatu yang kami laksanakan 5 lokus area di Indonesia, diantaranya Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Nusa Tenggara, Pulau Sumatera, dan sekitarnya. Harapan dengan adanya kegiatan ini, hasil dari kajian kami, akan melahirkan sebuah palesing briff atau rekomendasi untuk pemerintahan kedepan” ungkap Ketua Tim FGD Unesa, DR. Wahyudi, M.Si.
Hadir sebagai narasumber Profesor Ambar Kusumandari dan Doktor Joko Santosa dari UGM, Doktor Nur Gozali dari PW Muhamadiyah, dari unsur pemerintahan Widiyastuti dari Kesbangpol Kota Yogyakarta dan Johan Eko Sudarto Bakesbangpol Gunungkidul dan Mediana Pancawati dari TVRI serta Ilham Amir dari unsur HIPMI Yogyakarta.