Jelang Imlek, Komunitas Lintas Agama Bersihkan Patung

Jelang Imlek, Komunitas Lintas Agama Bersihkan Patung

TVRI YOGYAKARTA NEWS – OSEANI PUTRI

Kegiatan mencuci rupang, atau patung dewa-dewi, menjelang imlek di Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan, Kota Yogyakarta, kental dengan suasana toleransi.

Kegiatan membersihkan patung di kelenteng tersebut, melibatkan sekitar 100 orang dari beberapa komunitas lintas agama.

Menjelang perayaan tahun baru imlek, Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan, Kota Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai Klenteng Gondomanan, mulai melakukan berbagai persiapan untuk menyambut momen spesial tersebut. Salah satu kegiatan ang mencolok adalah, pembersihan patung dewa-dewi atau rupang, yang terdapat di klenteng tertua di Kota Yogyakarta ini. Para pengurus dan umat bergotong-royong, membersihkan ratusan rupang yang menjadi bagian penting, dalam tradisi klenteng. Patung-patung tersebut dicuci dengan air, sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa-dewi. Tidak hanya itu, relawan dari forum relawan demokrasi, foreder, juga turut serta, menyapu dan memungut daun kering di sekitar area klenteng. Walikota Yogyakarta terpilih, Hasto Wardoyo, turut hadir dalam kegiatan tersebut, dan mengapresiasi tradisi bersih-bersih, dan menyarankan agar hal serupa diterapkan pada perayaan agama lainnya. Hal ini karena, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tempat ibadah, termasuk klenteng. Bahkan, kegiatan bersih-bersih ini, juga menjadi simbol toleransi dan keberagaman.

Kelenteng Fuk Ling Miau juga mengapresiasi kebersamaan, yang terjalin dalam kegiatan lintas agama ini, dan berharap kegiatan seperti ini, dapat terus dilanjutkan ke depannya, karena tradisi bersih-bersih di klenteng memiliki makna mendalam.

“Bersih-bersih itu untuk 1 tahun kan biar bersih, biar diberikan kelancaran rezeki, diberikan panjang usia, disitulah berkahnya imlek itu” ujar Pengurus Kelenteng Fuk Ling Miau, Bely Angling Contessa.

Kegiatan bersih-bersih di Kelenteng Fuk Ling Miau, terbuka untuk umum, sehingga siapa saja, termasuk masyarakat luar, dapat ikut berpartisipasi. Tradisi ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mempererat hubungan antar-umat beragama di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *