TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media atau hidroponik menjadi satu teknik bercocok tanam yang digemari di masyarakat
Bercocoktanam tanpa menggunakan tanah itu, kini mulai banyak diminati terutama kalangan petani muda atau milenial.
Salah satu kebun sayuran dengan metode hidroponik ini bisa dijumpai di Jalan Maredan, Dusun Tampungan, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman. Di lokasi kebun bernama dewaponik ini dapat ditemui aneka jenis sayuran yang ditanam menggunakan sistem hidroponik tanpa menggunakan media tanah. Jenis sayuran meliputi slada, bayam brasil, pakcoy, slada, sawi merah, slada merah dan caisin. Masing-masing jenis tanaman ini ditanam dan dirawat dari bibit.
Para petani di dewaponik ini merupakan petani muda milenial yang antusias belajar bercocoktanam, mulai dari penyemaian, pemindahan tanaman, hingga perawatan tanaman yang ditempatkan disetiap rak-rak penanaman. Semua jenis sayuran yang ditanam di green house, yang memudahkan petani dalam mengontrol penanaman mulai dari PH air yang digunakan untuk media tanam, pemberian nutrisi termasuk menjaga kebersihan dari potensi kontaminasi.
Pemanenan biasa dilakukan di usia 40 hari, kecuali kangkung yang bisa panen lebih cepat. Untuk harga sayur yang dijual per pack, mulai dari 3.000 rupiah hingga 15.000 rupiah tergantung jenis sayuran.
“Di lahan ini kami memasarkan ke rumah makan, catering, dan menjual ke masyarakat secara langsung, tapi kami juga melakukan display seperti penyetoran ke hotel-hotel untuk di pasarkan di hotel” ujar Sultan, salah seorang petani muda.
Hasil bercocoktanam hidroonik menggunakan gren house ini disebut lebih segar, bebas pestisida serta bahan kimia sehingga hasinya pun selain dijual ke warga sekitar, banyak diantaranya dijual untuk mencukupi kebutuhan rumah makan, catering maupun dijual ke sejumlah hotel.