TVRI YOGYAKARTA NEWS – MUCHAMMAD RIDWAN
Bertepatan dengan 10 Muharam 1447 Hijriyah, warga di Lereng Gunung Merapi kembali menggelar tradisi laku topo broto.
Tahun ini, banyak generasi muda antusias mengikuti tradisi ini, dan dilakukan dari petilasan mbah marijan, mengelilingi wilayah dua kalurahan sekaligus, di kapanewon cangkringan, kabupaten sleman.
Hari Sabtu Pon malam Ahad Wage di kalender jawa, belasan abdi dalem Hargo Merapi bersiap melakukan tradisi laku tapa brata yang dimulai dari petilasan rumah Mbah Marijan, Dusun Kinahrejo, Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman. Diawali dengan menyalakan obor yang dibuat dari potongan bambu dengan kain sebagai sumber apinya ini, obor akan digunakan untuk menerangi sekaligus melengkapi jalannya laku tapa brata. Doa yang dipimpin Mas Wedhana Surakso Hargo atau disapa Mas Asih ini megawali laku topo brata yang diikuti warga, relawan maupun generasi muda. Tradisi yang dilakukan untuk kedua kalinya setelah erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam ini dilakukan dengan berjalan kaki sejauh 13 kilometer. Laku tapa brata dilakukan dengan tanpa bicara satu sama lain yang juga diikuti oleh warga dan relawan. Ditengah perjalanan sejauh 13 kilometer ini, baik abdi dalem, warga dan relawan diharapkan diam membisu, sementara untuk doa dilakuan sesuai keyakinan masing-masing untuk memohon keselamatan kepada sang maha pencipta agar semua urusan berjalan lancar dan aman. Melintasi sejumlah wilayah di 2 kalurahan yakni Kalurahan Umbulharjo dan Kepuharjo, jalan kaki yang dilakukan tak searah dengan jarum jam yakni ke kiri sebanyak satu kali dari petilasan Mbah Marijan selanjutnya menuju Bunker di Kaliadem dan kembali lagi di petilasan rumah Mbah Marijan.
“Sebenernya saya itu hanya napak tilas bahwa almarhum Bapak Marijan dulu, dulu sudah melakukan keliling lampah tepuk broto itu, kalau dulu memang dilaksanakan setiap 1 Muharram, kalau saya saat ini dilaksanakan setiap 10 Muharram” ujar Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Wedhana Surakso Hargo atau disapa Mas Asih.
Berbeda dengan tahun lalu, thaun ini banyak diikuti oleh generasi muda. Selain asli Jogja, diantara mereka juga berasal dari luar pulau jawa yang sedang menempuh belajar di kota pelajar, Yogyakarta. Kegiatan menjadi kesan tersendiri karena baru kali pertama mengikuti.
Diceritakan sejumlah sesepuh warga di Kinahrejo, sebelum terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam, almarhum Mbah Marijan melakukan laku tapa brata setiap 1 suro. Laku tapa brata ini diakhiri dengan makan nasi berkat dari tumpeng dan ayam ingkong yang disediakan di Pendopo Hargo Merapi setelah sebelumnya dilakukan doa-doa seperti kidung tolak bala maupun membaca surat-surat pendek didalam Al-Qur’an.