Kota Yogyakarta Ajak Akademisi & Mahasiswa Tangani Sampah Melalui KKN

Kota Yogyakarta Ajak Akademisi & Mahasiswa Tangani Sampah Melalui KKN

TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI

Pemkot Yogyakarta mengajak akademisi dan mahasiswa, untuk mengatasi berbagai persoalan sosial di wilayahnya seperti sampah. Pelibatan ini, sebagai bentuk penanganan masalah sosial secara akademis, sehingga bisa dipertanggungjawabkan.

Pemerintah Kota Yogyakarta, menggandeng akademisi dan mahasiswa, untuk terlibat langsung dalam penanganan sampah, di wilayahnya. Penanganan sampah menyasar di tingkat hulu, dengan penguatan edukasi dan sosialisasi. Salah satu langkahnya, dengan menerjunkan Kuliah Kerja Nyata, yang melibatakan ribuan mahasiswa untuk bergerak, di tingkat rumah tangga. Rencana kebijakan ini muncul, dalam diskusi bersama antara Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo bersama Rektor Universitas Gajah Mada Ova Melia, di Gedung Pusat Balaiirung UGM Yogyakarta. Ember tumpuk menjadi salah 1 metode yang dipilih, untuk dikuatkan kembali, sebagai penguatan metode pemilahan sampah, kemudian diikuti metode komposting. Pemilihan metode tersebut, berdasarkan pada temuan di lapangan, jenis sampah organik mencapai 60%, dari total produksi sampah 230 ton per hari Kota Yogyakarta. Di sisi lain, harga pembuatan ember tumpuk, sekitar 100 ribu rupiah, juga menjadi pertimbangan. Para akademisi juga dilibatkan dalam pembentukan kampung tematik, di Kota Yogyakarta. Saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta, sedang melakukan kajian pada 169 kampung, untuk menemukan potensi khasnya. Dalam prkateknya, satu program studi, mendampingi kampung tersebut, agar menjadi sejahtera dan berdaya dan mandiri dalam perekonomian.

“Jadi mahasiswa kita sudah kita beri pembekalan bahwa bagaimana mengolah di lapangan dan mengajarkan di lapangan, jadi sudah berpengalaman” ujar Rektor Universitas Gajah Mada Ova Melia.

Para akademisi juga dilibatkan a dalam pembentukan food bank, atau lumbung pangan di Kota Yogyakarta. Salah satu bangunan rumah pemulihan gizi di Kemantren Mantrijeron, untuk menjadi food storage. Saat ini, pemkot yogyakarta, telah mendata jumlah janda dan anak-anak yatim, sebagai sasaran dari program lumbun pangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *