TVRI YOGYAKARTA NEWS – JATMIKO HADI
Kabupaten Kulonprogo, menjadi daerah serapan terbanyak gabah kering panen, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Serapan itu mencapai 2.400 ton, gabah kering panen.
Pemerintah Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong para petani agar mendftarkan lahan sawah miliknya, sebagai lahan abadi. Selain bertujuan mempertahankan luasan lahan pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta, hal itu juga diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi para petani. Hal tersebut disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Hamengku Buwono X, saat menghadiri acara panen raya padi secara serentak, di 14 provinsi, yang dipimpin Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto secara daring. Panen raya serentak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dipusatkan di wilayah Pengasih, Kulonprogo. Selain melakukan panen raya, Raja Keraton Yogyakarta itu, juga turut meninjau penyerapan gabah kering panen dari petani, yakni dengan harga 6.500 rupiah per-kilogram. Perum Bulog Kantor wilayah Yogyakarta, hingga kini telah menyerap 9.500 ton gabah kering panen dari para petani di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan serapan terbanyak, terdapat di wilayah Kulonprogo, dengan capaian 2.400 ton gabah kering panen.
“Untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta target yang diberikan itu untuk dicapainya sebesar 14.000 ton, saat ini kami sudah mencapai 9.500 ton, jadi tapi bukan berarti nanti misalkan 14.000 ton sudah tercapai, kami tetap melakukan penyerapan terus, selain target yang ditentukan, kami juga ada target penyerapan dalam bentuk beras juga, sebenernya semua berpotensi, namun saat ini yang sudah mencapai targetnya yaitu Kabupaten Kulonprogo” ujar Pimpinan Perum Bulog Kanwil Yogyakarta, Ninik Setyowati.
Penyerapan gabah kering panen dari Bulog ini, disambut baik sejumlah petani di Kabupaten Kulonprogo. Mereka mengaku senang, karena harga jual gabah bisa meningkat, dibandingkan jual gabah saat masa panen raya sebelumnya.
Sementara itu Bupati Kulonprogo Agung Setyawan bertekad, mewujudkan program swasembada pangan, dengan menggenjot kembali potensi pertanian di wilayah bumi binangun itu. Salah satunta adalah, dengan mengembalikan predikat Kulonprogo, sebagai sentra penyedia benih bagi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta lumbung pangan bumi mataram. Upaya itu akan dilakukan, dengan mengaktifkan kembali 17 penangkar benih, di Kulonprogo yang selama ini berhenti.