Film Dokumenter Bisikan Terumbu – Artificial Ree

Film Dokumenter Bisikan Terumbu – Artificial Ree

TVRI YOGYAKARTA NEWS – DONNY RAHMAD

Menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem di perairan, seniman Teguh Ostenrik, menampilkan karya artificial reef, sebuah karya seni bawah laut yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menghadirkan ruang hidup baru bagi ekosistem laut indonesia.

Karya yang disampaikan melalui film dokumenter berjudul bisikan terumbu yang ditampilkan perdana di pameran seni Art Jog 2025, mendapat animo tinggi dari masyarakat.

Berawal dari keresaahan nya terhadap ekosistem bawah laut yang mengalami kerusakan akaibat eksploitasi laut yang berlebihan termasuk penggunaan racun dan bom ikan, maestro seni rupa Indonesia, Teguh Ostenrik membuat karya yang artistik, berupa artificial reef. Sebuah  proyek instalasi seni yang ditempatkan dibawah laut.

Seluruh rangkaian karya perupa, lulusan seni rupa berlin, Jerman yang berlangsung sejak 2014 ini, dirangkum dalam sebuah film dokumenter berjudul bisikan terumbu yang ditampilkan perdana di pameran seni Art Jog 2025.

Disutradarai pembuat film dokumenter ternama di tanah air, Arfan Sabran, film ini merekam perjalanan Teguh Ostenrik dalam menciptakan artificial reef, sebuah karya seni bawah laut yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menghadirkan ruang hidup baru bagi ekosistem laut Indonesia. Yang juga menjadi media untuk mengedukasi masyarakat.

“Jadi saya hanya ingin mengajak masyarakat untuk lebih sadar pada lingkungannya, jadi Indonesia itu kalau kita pergi ke desa psisir, pasti menghadap ke jalan bukan ke laut, terus apa yang ada di belakang rumah itu tempat sampah, dan sampah bisa kebawa ke laut, jadi laut itu hanya sebagai tempat sampah, jadi saya ingin dengan hasil karya saya mengajak kepada masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah ke laut, karena kita itu Negara bahari, jangan salah” ujar Seniman Artifical Reef, Teguh Ostenrik.

Saat ini lebih dari sebelas karya sudah hadir di bawah laut Indonesia. Yang ditempatkan di perairan Lombok, Jakarta, Sulawesi, Banyuwangi, hingga Bali, semua karya menggunakan logam bekas sebagai rumah buatan untuk menumbuhkan karang yang menjaga keragaman biota laut.  Menggunakan karya seni sebagai media pertumbuhan koral, “artificial reef”, menjadi upaya para seniman untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan laut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *