TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA JATI
Menyambut hari raya nyepi umat hindu Kota Yogyakarta melakukan berbagai persiapan, salah satunya membuat ogoh-ogoh lembuswana sebagai simbol hal-hal buruk. Umat hindu berharap pada tahun baru saka 1946 akan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Umat hindu pura padma bhuana saraswati, Kota Yogyakarta mulai melakukan berbagai persiapan menyambut hari raya nyepi, salah satunya membuat ogoh-ogoh lembuswana yang diambilkan dari mahkluk mitologi kerajaan kutai, ogoh-ogoh merupakan simbol dari bhuta kala berwajah seram yang menjadi representasi hal-hal negatif dalam kehidupan di dunia, nantinya, ogoh-ogoh ini akan diarak, kemudian dimatikan atau pasopati sebagai simbol matinya sifat-sifat buruk, pada perayaan hari raya nyepi yang dipusatkan di pura jagadnata banguntapan bantul pura padma bhuana saraswati akan menampilkan dua ogoh-ogoh .
Pembuatan ogoh-ogoh membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk rangkanya, terbuat dari bahan kayu dan bambu, sedangkan untuk kulitnya dibuat dari Koran, jika bentuk ogoh-ogoh sudah terbentuk, akan dilakukan pengecatan dan periasan ogoh-ogoh, hari raya nyepi menjadi media melakukan instropeksi diri tentang nilai-nilai baik dan buruk yang sudah dilakukan dan apa yang akan dilakukan ke depannya setelah nyepi, umat hindu akan meningkatkan nilai-nilai yang baik dan yang buruk dihilangkan dalam perilaku sehari-hari.
Pembuatan ogoh-ogoh secara gotong-royong memiliki makna sebagai wadah interaksi antarsesama perantau dari Bali di Yogyakarta yang semakin menguatkan persaudaraan keluarga hindu dari Bali di Kota Yogyakarta sebelum nyepi, hari minggu, 3 maret 2024, umat hindu di Kota Yogyakarta akan menggelar upacara melasti sebagai upacara pensucian diri yang dipusatkan di Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta.