TVRI YOGYAKARTA NEWS – PAULUS YESAYA
Seni Grafiti, keberadaannya mulai banyak diterima di tengah Masyarakat.Seni ini pun mulai banyak menghiasi Ruang-ruang publik karena memiliki sisi Artistik yang berbeda. Bahkan, seni grafiti bisa menjadi ladang Pekerjaan atau disebut Commission Painting, dimana pemesan grafiti biasanya Rumah Makan, Hotel, Dan Sekolah. Seni jalanan grafiti tidak dapat dipisahkan dari Yogyakarta, di beberapa tembok sudut jalan, seringkali kita akan menemukan beragam jenis grafiti. Kini, seni grafiti pun sudah tidak dianggap tabu karena memiliki artistik tersendiri, bahkan bisa menjadi ladang Pekerjaan dengan bayaran yang tidak sedikit sesuai dengan tingkat Profesional Senimannya. Salah satu grafiti writers, nik, Warga Yogyakarta menceritakan ia sering menerima pesanan dari Rumah Makan, Tempat Usaha, Hotel, Dan Sekolah, baik di Yogyakarta atau luar Kota. Nik menekuni Grafiti selama 18 Tahun sejak kelas 2 sma sehingga tidak terhitung lagi jumlah grafitinya. Untuk kaleng cat semprotnya, satu objek grafiti bisa menghabiskan sekitar 20 kaleng. grafiti hanya mempunyai dua jenis kategori, yaitu letter atau tulisan dan Karakter atau Gambar. Terkait Pewarnaan, Nik menyebut tidak ada pakem tergantung pilihan Masing-masing Seniman. Durasi pengerjaan grafiti pun tidak bisa ditentukan karena dipengaruhi skill si Seniman. Sementara untuk media grafiti tidak mesti di tembok, tapi juga bisa dilakukan di kanvas. Fenomena yang sering muncul di Masyarakat, masih banyak orang tidak bisa membedakan antara mural dan grafiti. Yang membedakan, biasanya mural mengambi gambar pemandangan dengan tambahan seperti tulisan yang berisi kritik Sosial atau Budaya. Diketahui, pameran grafiti yang digelar di Ugm sebagai ruang komunikasi dan mengenal para seniman grafitinya bukan sebagai objek. Terdapat 16 Seniman yang dilibatkan dalam pemeran dengan di antaranya menyajikan live grafiti agar pengunjung bisa melihat proses pembuatan grafiti.